Gunung Rinjani, Kota Metropolitan Alam Pulau Lombok

1
312

Pesona Gunung Rinjani adalah harta terbesar yang berada di Pulau Lombok dalam ranah turisme. Bahkan, untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Gunung Rinjani sendiri begitu dikenal sebagai spot pendakian.

Bahkan gunung setinggi 3.726 mdpl dalam daftar 7 puncak tertinggi (Seven Summit) di Indonesia. Gunung kebanggaan—sekaligus juga kekhawatiran—warga Lombok ini merupakan puncak tertinggi ketiga di bawah Puncak Jaya, Papua dan Gunung Kerinci di Sumatera Barat.

Namun, adanya kekhawatiran warga Lombok terkait gunung vulkanik ini. Hal ini lantaran statusnya yang masih aktif. Walaupun tak seaktif Gunung Merapi di Yogyakarta misalnya, tetap saja Rinjani adalah gunung berapi aktif tertinggi kedua di Indonesia. 

Dengan begitu, Lombok boleh berbangga karena memiliki Rinjani yang bertengger tinggi menjulang di daratannya. Akan tetapi, status aktifnya sebagai gunung berapi setinggi lebih dari 3.500 mdpl ini, tentu bisa dipandang dari sudut yang paranoid.

Namun, lagi-lagi; terlepas dari kedua poros tersebut, pun dari keduanya pula segenap pesona Gunung Rinjani terhimpun. Rinjani bukan hanya sekadar sebuah konstruksi alam, melainkan juga sebuah peta kearifan lokal yang ada di sekitarnya.

Mendongak Tunduk

Apa yang menjadi bahasan pertama apabila terkait dengan Gunung Rinjani adalah panorama alamnya yang memukau, tentu saja. Begitu sulit untuk meragukan hal itu. Terlebih bagi yang sudah pernah berkunjung.

Meskipun Pulau Lombok dikelilingi kepungan garis pantai yang menawan, kawasan ini tetap memberi sebuah keseimbangan. Dihadapan deretan pantai itu, Rinjani adalah sebuah kekuatan besar.

Jika diibaratkan, Rinjani seperti istana kerajaan alam yang megah. Terlalu megah untuk sebuah pulau seluas kurang dari 5.000 km2. Tak heran jika kawasan gunung ini dianggap sebagai pasak penyangga raksasa Pulau Lombok.

Mulai dari sisi tradisi, lingkungan, maupun pandangan urban; semua begitu menghormatinya. Di bawah Rinjani, semua seperti segan mendongak, tunduk pun enggan. Semoga Rinjani tak mudah “mengamuk”.

Kerajaan Air Berhulu

Selain kemegahan dan satu kengerian di dalamnya, Rinjani tak semata-mata objek. Ia begitu memungkinkan untuk dianggap sebagai sesuatu yang hidup. Di kesehariannya, Rinjani adalah sosok baik.

Keberadaannya, baik langsung maupun tidak, mampu menopang kehidupan di sekitarnya. Seluruh luas Pulau Lombok mungkin tak cukup “sekitar” baginya. Pasalnya, Rinjani adalah ⅓ dari luas total pulau tersebut.

Secara geografis, jelas bahwa Gunung Rinjani adalah puncak tertinggi di atap Pulau Lombok. Terdapat 10 daerah aliran sungai (DAS) dengan 5 sub lokasi dari gunung ini.

Lantaran sanggup memasok air untuk 90 persen sungai di Lombok, sudah sepantasnya Rinjani menerima penghormatan. Paling tidak, ada 54 aliran sungai yang berhulu di teritori “kerajaan” Gunung Rinjani.

Representasi Dua Benua

Benar, Rinjani dengan kemegahan alamnya itu secara otomatis selama ini sudah bertindak sebagai pemasok air. Kebutuhan air di Pulau Lombok sangat bergantung pada kelestarian kekuatannya.

Tak cuma air, cerminan kekuatan Rinjani juga sedemikian terlihat dari bentangan alamnya yang diisi dengan kekayaan lain. Adalah flora dan fauna yang mendiami bentang tubuhnya sekaligus menjadi bagian dalam dirinya.

Di sana, flora-fauna Asia dan Australia hidup berdampingan. Hal ini bisa terjadi lantaran letak geografisnya berada di garis imajiner yang disebut Wallace Line.

Garis ini menandai adanya persebaran spesies satwa dan tumbuhan; termasuk vegetasi yang menunjukkan ciri khas kedua benua. Tak heran kalau hutan hujan bisa bertetanggaan dengan sabana khas Australia di Rinjani.

Jadi Rumah yang Nyaman

Dari sejumlah satwa-satwa yang dilindungi di Rinjani, lutung budeng termasuk yang tak jarang menampakkan diri. Namun, hewan-hewan seperti rusa, kijang, dan babi hutan yang paling kerap tampak di jalur warga setempat beraktivitas.

Selain itu, hutan Rinjani juga menjadi rumah bagi kera abu-abu ekor panjang. Primata ini biasa terlihat di kawasan bibir kawah Rinjani. Hutan lebatnya juga jadi rumah bagi musang palem, macan tutul, burung hantu, hingga yang paling khas, kakatua jambul sulfur.

Sementara, di sisi flora bunga edelweiss merupakan salah satu daya tarik utama Rinjani. Tak cuma itu, kekayaan Rinjani juga diisi oleh hutan cemara, pepohonan ara (fig) dan beringin.

Bahkan, beberapa spesies bunga anggrek juga bisa ditemukan di sini. Setidaknya, di sekitar area Gunung Rinjani terdapat ± 500 spesies tanaman endemik. Dan, persebaran flora ini tumbuh mengikuti alur ketinggian Gunung Rinjani.

Dari 1000 mdpl Ke Puncak

Berdasarkan persebarannya, kekayaan flora di kawasan ini terbagi ke dalam tiga tingkat. Tiga di antaranya adalah ketinggian di bawah 1000 mdpl, di atas 1000 mdpl, dan kawasan sekitar puncak gunung.

Di bawah ketinggian 1000 mdpl misalnya, tumbuhan seperti jenis daun mimba (azadirachta Argentea),beringin (Ficus Superba), lambudu (Lasianthus), dan randu hutan (gossampinus heptaphylla). Ada juga pala hutan (Myristica fatua),rotan (Calamus) dan bayur (Pterospermum javanicum).

Menanjak sedikit, di ketinggian di atas 1000 mdpl di tubuh Rinjani, jenis flora Myrtaceae tumbuh subur. Masih di tingkat ketinggian yang sama, gunung ini ditumbuhi jenis kayu raksasa, semacam jukut (Eugenie polyantya), dan cemara gunung (Casuarina junghuhniana),

Jenis-jenis tumbuhan lain, seperti anggrek (Vanda), dan alang-alang (Imperata cylindrica), juga turut meramaikan ekosistem yang terbangun di sini. Tak lupa, Anaphalis javanica atau bunga edelweiss Jawa menjadikan ketinggian di atas 1000 mdpl Rinjani sebagai tempat favoritnya untuk tumbuh.

Ladang Udara Segar yang Lapang

Apabila semakin naik ke puncak, tingkat vegetasinya tentu tak serimbun tingkat di bawahnya. Berbagai spesies rumput mendominasi lantaran kondisi tanah yang tandus, berbatu, dan berpasir akibat semakin dekatnya dengan titik vulkanis Gunung Rinjani sendiri.

Melihat rimbunan tumbuhan yang menghiasi permukaan tubuh gunung ini, membuatnya bisa dilihat sebagai rumah. Sebuah rumah besar bagi koloni makhluk hidup selain manusia, termasuk mitos-mitos metafisis yang masih dipercayai sebagian masyarakat Lombok.

Namun, alih-alih sekadar disebut sebagai rumah; mungkin akan lebih tepat jika melihat Rinjani sebagai sebuah ladang udara yang begitu lapang. Ya, ladang yang hamparannya merangkak naik menuju titik puncak.

Seperti yang diketahui, kawasan dataran tinggi mempunyai alir sirkulasi udara segar yang jauh lebih baik. Begitu juga yang terjadi dengan Rinjani yang memiliki luas mencapai 41.330 hektare.

Terhimpun Dalam Keutuhan

Berdasarkan angka matematis itu, luas dan ketinggian; Rinjani bisa disebut sebagai sebuah kemegahan lain. Sebuah parameter kemegahan yang berbeda dari definiisi kata “megah” yang lumrah sekarang-sekarang ini.

Rinjani adalah sebuah fenomena. Terbentuk oleh proses alam yang tentunya sangat panjang. Begitulah sisi kemegahan Rinjani yang utuh. Gagah menjulang, sekaligus terhampar anggun.

Ladang udara nan lapang Pulau Lombok ini adalah gedung yang seolah tengah berusaha mencakar langit dengan puncak kaldera yang luas pula. Sebuah bongkahan raksasa alami yang menghimpun, menopang, dan menyeimbangkan keutuhan lain di luar dirinya.

Secara kebetulan atau tidak, Gunung Rinjani mungkin ditakdirkan untuk menjalankan perannya yang kompleks dari sebuah pulau. Pulau yang mungkin terlalu sempit bagi tubuh luasnya.

Mengeja Identitas Rinjani

Rinjani (seharusnya) bisa dilihat sebagai objek hidup. Rinjani tak sebatas objek visual berbentuk gunung yang kemudian dieksploitasi sebagai alat atau aset raksasa untuk kepentingan industri pariwisata semata. Ia perlu kita lihat dengan empati.

Kawasan gunung yang mendapatkan hak istimewanya berupa status taman nasional pada 6 Maret 1990 ini juga punya sejarah. Dan, masih terus berlanjut sampai hari ini. Lantas, bagaimana cara kebanyakan dari kita mengenalnya sejauh ini?

Taman Nasional Gunung Rinjani, demikian “nama lengkapnya” disebut; akan terlihat jauh lebih dari sekadar objek. Jauh dari sekadar kawasan dengan sehamparan danau vulkanik yang turut serta di dalamnya dari ketinggian 2008 mdpl.

Dengan “mengeja” Rinjani dalam kubah empati, identitasnya tak akan sederhana. Sama halnya dengan gunung-gunung lain, kemegahannya tidaklah kerdil. Perannya pun bukanlah pretensi belaka, apalagi sakadar sentimentil.

Rinjani adalah rumah besar, ladang udara, juga gedung tinggi. Pada sisi-sisi tertentu, kita pun bergantung padanya. Dengan mengejanya, Ia seperti kota metropolitan yang menghimpun kerumitan-kerumitan lain.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here