Aksara Incung, Bukti Peradaban Modern di Suku Kerinci Kuno

0
235

Aksara Incung merupakan salah satu bukti peradaban modern yang dimiliki oleh suku Kerinci Kuno. Aksara ini digunakan sebagai sistem penulisan yang berbeda dari aksara-aksara lain yang ada di Indonesia. Dengan adanya Aksara Incung, suku Kerinci Kuno telah menunjukkan kemampuan mereka dalam mengembangkan sistem penulisan yang canggih dan modern untuk zamannya. Hal ini menunjukkan bahwa suku Kerinci Kuno telah memiliki peradaban yang maju dan berkembang sejak zaman dahulu kala. Aksara Incung juga menjadi bukti bahwa suku Kerinci Kuno telah memiliki kekayaan budaya yang unik dan patut untuk dipelajari lebih dalam.

Dimulai dari kerajaan-kerajaan besar ada di Nusantara. Dan ditemukan fakta arkeologi manusia purba, jejaknya juga ada di Indonesia. Hingga keindahan alam Indonesia, cantik dan memesona.

Ditambah kekayaan alam, menjanjikan dan luar biasa. Indonesia terkenal sebagai “tanah surga” bahkan vokalis Koes Plus Yon Koeswoyo menciptakan lagu pada tahun 1973, “Kolam Susu” dan cerita dibalik pembuatan lagu terinspirasi kekayaan alam Indonesia.

Indonesia memiliki kekayaan alam terkandung di dalamnya seperti padi, hasil perkebunan, pertanian, kayu, dan rempah-rempah. Belum lagi kekayaan hutan. Emas, timah, perak, batu bara, bijih besi, gas alam hingga lautan menambah deretan potensi dan persebaran Sumber Daya Alam di Indonesia.

Namun, berlimpah ruah kekayaan alam di tanah air pekerjaan rumah tersendiri bagi stakeholder dan Bangsa ini untuk memanfaatkan secara baik, guna menjaga keberlanjutan sumber daya alam (SDA) Indonesia ke generasi berikutnya.

Jambi adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki nama ibukota sama dengan nama provinsinya. Jambi terkenal dengan Gunung Kerinci serta Candi Muaro Jambi yang konon merupakan pusat pendidikan agama Buddha terbesar se-Asia Tenggara pada masa lalu. Selain itu, provinsi ini juga memiliki kekayaan lain, yaitu Aksara Incung.

Aksara menjadi salah satu peninggalan manusia zaman dahulu yang menandakan bahwa mereka telah memiliki peradaban yang lebih maju.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak aksara yang tersebar di berbagai wilayah, seperti Aksara Hanacaraka atau Jawa Kuno, Aksara Abugida atau Aksara Batak, Aksara Bugis, Aksara Rejeng dari Bengkulu, Aksara Kaganga dari Sunda, Aksara Bali, serta Aksara Incung dari Jambi.

Aksara Incung yang juga sering disebut Aksara Rencong, merupakan satu-satunya aksara yang berasal dari Sumatera bagian tengah. Aksara ini digunakan oleh Suku Kerinci yang tinggal di sekitar kaldera Gunung Kerinci, Jambi. Leluhur Kerinci Kuno menggunakan Aksara Incung untuk mendokumentasikan berbagai peristiwa yang terjadi, seperti sejarah, hukum adat, karya sastra, hingga mantra-mantra.

Aksara Incung berasal dari kata incung (Bahasa Kerinci) yang berarti miring atau terpancung, memiliki garis lurus, patah terpancung atau lancip, dan melengkung. Aksara ini memiliki sekitar 27 huruf, meskipun ada peneliti lain yang memiliki versi berbeda. Bahasa yang digunakan dalam menuliskan Aksara Incung adalah Bahasa Lingua Franca Suku Kerinci Zaman Dahulu.

Kapan Aksara Incung pertama kali digunakan?

Aksara Incung terlihat pada masa pemerintahan Negara Segindo. Terungkap dalam temuan Prasasti Karang Berahi yang dibuat tahun 686 masehi. Prasasti ini memuat tulisan mirip huruf-huruf pada Aksara Incung.

Jika pada zaman sekarang kita menggunakan media kertas untuk menuliskan semua hal, tidak begitu dengan Suku Kerinci Kuno. Mereka menggunakan media yang berbeda, sesuai dengan apa yang ingin dituliskan. Misalnya, tanduk kerbau digunakan untuk menulis silsilah nenek moyang, sedangkan batang bambu lebih sering digunakan untuk menulis kisah cinta, curahan hati seorang pemuda, atau mantra-mantra. Selain dua media tadi, kulit kayu juga kerap dijadikan media untuk menulis.

Warisan Dunia Jejaknya Ada di Situs Kerinci

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Kerinci kawasan yang telah memiliki kekuasaan politik tersendiri.

Dan sebelum Belanda masuk Kerinci mencatatkan tiga fase sejarah yaitu: Periode Kerajaan Manjuto atau Kerajaan Pamuncak Nan Tigo Kaum, Periode Depati dan Periode Depati IV Alam Kerinci. Kerajaan Manjuto adalah kerajaan yang berada di antara Kerajaaan Minangkabau dan Kerajaan Jambi, beribukotakan di Pulau Sangkar.

Berikutnya, dua periode Depati, Pulau Sangkar dan Kayu Aro. Dan dua peristiwa ini memainkan peran sentral.

Masuklah Belanda. Belanda menduduki Kerinci tahun 1914, peran sentral Kayu Aro secara politik pemerintahan mengalami penyusutan. Saat Belanda menetapkan Kerinci sebagai sebuah afdelling dalam kekuasaaan Karesidenan Jambi (1904) maupun di bawah Karesidenan Sumatera Barat (1921) dan ketika Kerinci menjadi sebuah kabupaten sendiri dalam wilayah Propinsi Jambi (pada 1958), Pulau Sangkar hanyalah sebuah ibukota kemendapoan (sebuah unit pemerintahan setingkat di bawah kecamatan dan setingkat di atas desa).

Walaupun merupakan aksara asli yang berasal dari wilayah Sumatera bagian tengah, tapi tidak semua masyarakat sekitar mengerti dan menggunakan Aksara Incung sebagai media komunikasi.

Hal ini dikarenakan pada zaman penjajahan Hindia Belanda, aksara ini dilarang untuk dipergunakan karena orang-orang Belanda tidak paham Aksara Incung. Sekian lama tidak digunakan membuat aksara ini kian hilang dan terlupakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here