Tari Cakalele, Tarian Perang Maluku

1
2266

Pernahkah anda mendengar tari cakalele? Tarian ini cukup unik karena masyarakat banyak yang menganggap bahwa tarian ini merupakan tarian kerasukan roh yang merupakan salah satu tarian khas yang berasal dari Kota Maluku. 

Asal Usul Tari Cakalele

Tari Cakalele merupakan jenis tarian tradisional yang berasal dari Maluku dan dilakukan oleh cukup banyak orang yakni ada 30 orang laki – laki dan perempuan berpasangan. Meskipun pada umumnya tarian ini lebih sering dilakukan oleh para pria. 

Berbagai sumber mengatakan bahwa tarian ini berasal dari Maluku Utara yang dulu dilakukan saat para prajurit akan berperang, sebelum dan sesudah dari medan perang mereka akan melakukan tarian ini.

Tidak hanya ada di Maluku Utara saja karena kemudian tarian ini juga menyebar ke daerah sekitar misalnya Maluku Tengah dan wilayah Sulawesi. Masyarakat Minahasa mengenal tarian ini sebagai tarian khusus perang yang sering disebut sebagai Tari Kabasaran. 

Tari Cakalele untuk saat ini tidak lagi digunakan sebagai pengiring saat akan berperang namun ditampilkan sebagai salah satu pertunjukan serta salah satu proses upacara adat. Masyarakat di daerah Maluku dan sekitarnya menganggap tarian ini merupakan jenis tarian yang bertujuan untuk menghormati budaya dan leluhur.

Tarian ini juga mengekspresikan jiwa masyarakat yang tangguh serta pemberani. 

Tari Cakalele Sebagai Tarian Adat

tari cakalele maluku atau dikenal juga tari kabasaran

Tari Cakalele sebagai tarian adat dianggap sebagai “tarian kerasukan roh” karena terkadang saat melakukan tarian ada beberapa penari yang tiba – tiba kerasukan roh. Selain itu cakalele terdiri atas dua kata yakni Caka dan Lele dimana caka artinya roh sedangkan lele memiliki arti mengamuk.

Bahkan tidak jarang penari yang kerasukan roh akan mengeluarkan kata – kata seperti “Auleeeee…” yang memiliki arti banjir darah. 

Tari Cakalele memiliki berbagai makna filosofis. Ada tiga makna yang terkandung dalam tarian cakalele yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam serta manusia dengan Tuhan.

Aspek korelasi antara Tari Cakalele dengan manusia, alam serta Tuhan dapat dilihat dari Tamo. Tamo merupakan nasi kuning yang sengaja dibentuk menyerupai Gunung dan pada ujung nasi kuning tersebut terdapat sebutir telur.

Tamo sering dihadirkan ketika ritual Cakalele berlangsung. Tamo memiliki simbo bahwa ada sesuatu yang tinggi yang perlu untuk dijunjung yang jika dimaknai lebih dalam hal ini berhubungan dengan teori penciptaan yakni hubungan manusia dan Tuhan serta alam sekitar. 

Ketika Anda melihat tarian cakalele anda juga akan melihat perangkat tarian yang menyerupai alat kelamin laki – laki yang terbuat dari bambu, Di dalam bambu terdapat Lahang yakni minuman tradisional dari Maluku Utara yang berwarna putih, untuk menyadarkan penari yang “kerasukan roh”

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here