SMK Negeri 8 Solo, Pelestari Seni Tradisional yang Menjadi Rujukan Internasional

2
675

Masyarakat Solo dan juga bangsa Indonesia patut berbangga memiliki SMK Negeri 8 Solo, karena sekolah ini kerap dikunjungi lembaga-lembaga pendidikan serta lembaga-lembaga kesenian dari berbagai penjuru dunia yang melakukan study banding sekaligus mempelajari pola pendidikan seni yang dikembangkan di SMK ini.

Tidak hanya itu, lembaga pendidikan dan lembaga kesenian dari luar negeri tersebut seringkali juga menitipkan siswa dan anggotanya untuk menggali ilmu tentang kesenian di SMK Negeri 8 Solo, sehingga tidak hanya wajah-wajah pribumi saja yang menghiasi bangku belajar, tapi juga wajah-wajah dari berbagai ras dan dengan warna kulit yang berbeda-beda dari berbagai negara di dunia.

Keberhasilan sekolah ini menjadi rujukan pendidikan seni pertunjukan internasional, tidak lepas dari upaya menghidupkan lagi Radio Konservatori yang memiliki ciri khas program siaran kesenian tradisional.

Radio Konservatori sendiri merupakan bagian dari sejarah berdirinya sekolah ini, sehingga banyak koleksi audio peninggalan jaman dahulu yang diciptakan seniman-seniman terkemuka dan tersimpan dalam bentuk piringan hitam, kaset serta soft copy yang kini menjadi koleksi tak ternilai harganya.

SMK Negeri 8 Solo

Selain itu, banyaknya lembaga-lembaga dari luar negeri yang berkunjung ke SMK Negeri 8 Solo, disebabkan karena SMK ini sejak lama menjalin hubungan kerjasama dengan sejumlah lembaga pendidikan yang ada di Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan beberapa negara yang lain.

Bahkan, kerjasama yang dijalin dengan Pemerintah Singapura, membuat sekolah ini menjadi pengisi tetap di event “Festival Muara” yang dilaksanakan setiap tahun di Negeri Singa Putih tersebut.

Sejarah Berdirinya SMK Negeri 8 Solo

Sejarah berdirinya SMK Negeri 8 Solo, bermula dari inisiatif pada budayawan dan seniman, utamanya yang ada di lingkungan Keraton Surakarta, maka pada 27 Agustus 1950, didirikanlah KOKAR (Konservatori Karawitan Indonesia) yang diprakarsai GHP. Soerio Hamidjojo. Terdapat 2 jurusan yang menjadi program pendidikan di KOKAR yaitu Guru Karawitan dan Instrumentalis.

Nama KOKAR kemudian berubah menjadi SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) melalui keputusan Dirjen Pendidikan SMK pada 9 Desember 1976. Tujuan dari sekolah ini adalah mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, ketrampilan serta sikap sebagaimana halnya seniman di tingkat menengah untuk bidang seni tari, karawitan dan seni pedalangan.

Nama sekolah kembali berubah dari SMKI menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Surakarta melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, tanggal 7 Maret 1997. Saat itu terdapat 4 program keahlian yang diajarkan di sini, yaitu Seni Tari, Seni Musik, Seni Karawitan dan Seni Pedalangan. Pada tahun pelajaran 2008/2009 dibuka lagi satu program keahlian, yaitu Seni Teater.

Sekolah ini terkesan istimewah tidak saja karena program yang diajarkan terbilang langka dan jarang ditemui di tempat-tempat lain, tapi juga karena dukungan fasilitas dan sarana prasarana pendidikannya yang terbilang lengkap.

Sejumlah fasilitas yang dimiliki SMK Negeri 8 Solo diantaranya adalah Ruang Teori, Ruang Praktik yang meliputi Ruang Praktik untuk tari, karawitan, musik, pedalangan dan studio teater/open stage, Ruang Praktik Auditorium, Ruang Praktik Joglo/Pendapa, Studio Rekaman, Ruang Laboratorium yang meliputi Lab. Bahasa, komputer, IPA dan multimedia, perpustakaan, lapangan tenis, lapangan volley, masjid, koperasi, serta hotspot.

Dengan visi “SMK Pelestari Budaya, Berkarakter, Profesional, Membumi dan Mengglobal” membuat sekolah yang beralamat di JL. Sangihe, Kepatihan Wetan, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah ini menjadi salah satu pilar untuk mempertahankan dan melestarikan seni tradisional Indonesia. (*)

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here