Menggoda Anak Muda Lewat Teknologi Pertanian

1
559

Sampai hari ini, kita masih bisa melihat bagaimana sektor pertanian Indonesia kian sulit mendapatkan tempat di hati masyarakat sebagai sebuah pencapaian. Hal tersebut selebihnya terjadi pada generasi muda. Selama ini, generasi muda terbilang masih menganggap sektor pertanian adalah pekerjaan ‘kuno’. Anggapan tersebut kian menekan sektor pertanian dan teknologinya untuk berkembang.

Minimnya minat generasi muda untuk bergelut di bidang pertanian, membuat sektor ini terus melemah dalam hal regenerasi. Seolah mengkonotasikan pertanian sebagai pekerjaan untuk orang-orang tua saja. Ini jelas masih bisa diperdebatkan, karena anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Bahkan, salah kaprah. Kesalahkaprahan yang pantas dikoreksi, tentunya.

Label “Kuno”

Label ‘kuno’ yang dihubungkan pada pertanian datang tanpa dibarengi dengan pengetahuan. Stigma ini menempel hanya karena anggapan yang seolah-olah dibenarkan. Padahal, sektor pertanian dari hulu ke hilir mempunyai peluang yang sangat menguntungkan apabila digeluti. Kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat merupakan cerminan bahwa sektor ini begitu penting.

Anak muda cenderung tidak tertarik untuk meliriknya. Mungkin bukan karena persoalan tebalnya potensi omzet, melainkan sisi prestisius yang kian menipis akibat kuatnya anggapan negatif tersebut. Pertanian dinilai tidak selevel dengan Youtuber. Yang nampak justru lebih kepada pengibaratan bahwa praktik pertanian disejajarkan dengan tukang parkir di toko-toko swalayan.

Tapi, kita juga harus memandang celah besar ini dengan asumsi bahwa Generasi Muda belum atau tidak menemukan letak: di mana asyiknya―bertani, berkebun, beternak―menjadi praktisi pertanian. Anggapan yang ada seakan membuat anak-anak muda tidak mempunyai bayangan masa depan untuk terjun ke sektor pertanian. 

Perlu adanya langkah yang mampu menggoda generasi muda agar tidak terus-terusan mentok mengandalkan masa depannya di sektor-sektor arus mainstream. Generasi muda haruslah digiring untuk melihat sektor ini di luar dari kerangka persepsinya selama ini. Pertanian, serta perkembangannya hari ini perlu diperkenalkan ulang. Anggapan bahwa pertanian itu ‘kuno’ sudah semestinya di-rebrand lagi.

Adalah fakta bahwa pertanian itu merupakan sektor yang amat sangat vital. Tapi, untuk menggoda calon praktisi generasi baru fakta tersebut rasanya masih belum cukup. Upaya ini tidak hanya berhenti dengan konten promosi yang sebatas fakta dan data-data. Tidak juga melulu dengan cerita-cerita insipiratif yang memperlihatkan kesuksesan, omzet pendapatan, ataupun pengaruh-pengaruh sosial lain.

Promosi Pertanian

Mengandalkan narasi tentang: betapa prospeknya sektor pertanian untuk menggoda kaum muda tentu diperlukan. Tapi, kalau hanya itu rasanya belum cukup. Memperlihatkan kisah tentang: betapa sektor ini memiliki nilai-nilai sosial di dalamnya juga tentu. Tapi lagi-lagi, itu saja masih belum cukup. Pasalnya, pertanian sudah otomatis terlahir ideal dengan konsep tersebut.

Akan lebih baik bila bingkai ‘naskah promosi’-nya diperlebar. Tidak hanya di sisi edukasi, melainkan juga entertain yang menyuratkan bahwa menekuni bidang pertanian itu sebenarnya menyenangkan. Tidak kalah asyik dari para Youtuber, dan tidak kalah kaya dibanding para selebgram penerima endorsement. Karena, pertanian tidak melulu berbicara soal bercocok tanam saja.

Wajah sektor pertanian sebenarnya berubah seiring perkembangannya. Sayangnya, perubahan ini tidak dibarengi dengan berubahnya anggapan ‘kuno’ terkait kegiatan bertani selama ini. Sudah jelas jika wajah baru dari sektor ini diumumkan ke kepala generasi muda. Pertanian perlu dipandang asyik dan seru, sebelum akhirnya kedatangan calon-calon penerus yang potensial.

Teknologi Pertanian

Pemanfaatan teknologi merupakan salah satu dari segelintir contoh representasi berubahnya wajah dunia pertanian. Teknologi membuat pengelolaan pertanian tampil lebih modern. Dengan begitu, minat kaum muda diharapkan terdorong ke sektor agraris apabila ini dimasukan dalam bingkai promosi. Pertanian yang selaras dengan teknologi merupakan kunci mutlak untuk menjaring geliat generasi muda.

Bidang agrikultur sebenar sudah mempunyai modal awal. Penerapan teknologi Agriculture 4.0 adalah salah satunya. Belum lagi dengan tren green lifestyle yang menjamur sebagai gaya hidup baru di tengah-tengah masyarakat urban. Agriculture 4.0 dan urban farming adalah salah satu dari beragamnya skema yang mewakili keasyikan yang ada di bidang pertanian itu sendiri.

Anggapan kuno ini sudah semestinya berubah, supaya pertanian dan teknologi pertanian tidak melulu jatuh pada konklusi atau kesimpulan: ‘kuno’. Melainkan disimpulkan sebagai bidang positif yang asyik, menyenangkan dan tidak kalah keren dengan pegawai kantoran atau pengusaha di lini sektor lain. Sebab, pertanian tidak sedang berada dalam krisis potensi, tapi justru sedang di ambang krisis eksistensi akibat miskinnya regenerasi.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here