Mengenal Sejarah Rumah Adat Jambi dan Keunikanya

0
507

Rumah adat Jambi merupakan salah satu bangunan adat daerah yang ada di Indonesia. Terbuat dari kayu yang memiliki desain seperti panggung, dan dikenal juga dengan rumah Kajang Leko.

Mengusung konsep arsitektur dari Marga Bathin, dan hingga sampai saat ini tetap dipertahankan sebagai adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Perkampungan Bathin yang masih utuh hingga saat ini yaitu Kampung Lamo di Rantau Panjang.

Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak keunikan dari segi kebudayaan. Hal ini dipengaruhi banyaknya jenis suku atau ras yang tersebar disetiap daerah.

Setiap suku memiliki adat serta budaya yang berbeda dari masing-masing daerah, Maka tidak heran jika Indonesia memiliki beragam budaya yang menjadi keunikan tersendiri serta kebanggaan yang belum tentu dimiliki negara lain.

Sejarah Awal Mula

Awal mula adanya rumah adat Jambi yaitu saat Gubernur Jambi mengadakan sayembara “Sepucuk Jambi Sembilan Rumah” pada tahun 70an untuk mencari rumah adat yang nantinya menjadi icon daerah Jambi. Hasilnya, rumah panggung Kajang Leko terpilih dan ditetapkan sebagai rumah adat daerah tersebut.

Sebenarnya Provinsi Jambi mempunyai tiga jenis bentuk rumah adat yakni Batu Pangeran Wirokusumo, Merangin, dan Kajang Leko. Masing-masing rumah adat tersebut memiliki desain yang berbeda serta mempunyai nilai filosofi yang sangat unik.

Namun rumah adat Kajang Leko merupakan jenis rumah adat yang paling populer setelah terpilih dalam ajang sayembara yang digelar oleh Gubernur Jambi saat itu, dan menjadi icon provinsi Jambi saat replika Rumah Adat Kajang Leko resmi dibuat pada tahun 1970 di Taman Mini Indonesia Indah.

Keunikan Rumah Kajang Leko

Mengusung rumah panggung, secara umum rumah adat Jambi tidak jauh berbeda dari adat istadat daerah sumatra lainya. Namun gaya arsitekturnya memiliki keunikan tersendiri, dari segi tampilan, rumah adat ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 12 x 9 meter.

Konstruksi Rumah Adat Kajang Leko ditopang oleh berbagai tiang penyangga berjumlah 30 buah, termasuk 24 tiang penyangga utama dan 6 tiang tambahan. Panjang tiangnya sendiri dibuat cukup tinggi utuk menghindari genangan air dan mengantisipasi serangan dari binatang buas.

Memiliki dua tangga sebagai akses jalan masuk yang dibangun sisi kanan dan kiri, dengan menetapkan tangga bagian kanan sebagai jalan masuk utama. Sedangkan sisi kiri berfungsi akses tambahan.

Selain itu, desain atap yang unik membuat masyarakat Jambi menyebutnya dengan Gajah Mabuk. Terlihat seperti bentuk perahu dengan ujung yang melengung keatas, namun sering juga disebut bagian atas yang melengkung yang disebut dengan lipat kajang atau potong jerambah.

Filosofi Rumah Adat Jambi

Bukan hanya desain dan keunikanya, seperti yang kita ketahui, rumah adat ini memiliki filosofi yang dituangkan kedalam gaya arsitektur maupun dekorasi ruangan seperti kebanyakan adat yang ada di Indonesia.

Seperti halnya terdapat dua jenis motif ukiran yang digambarkan dalam interior rumah sebagai hiasan bernilai seni yang tentunya mengandung filosofi antara lain motif floral (tumbuhan) dan motif fauna (hewan).

Motif flora dengan gambar tumbuhan serta bunga, mengandung nilai filosofi bahwasanya masyarakat Jambi sangat mencintai alam dalam kehidupan. Mereka menyadari peran hutan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.

Sedangkan motif fauna ditandai dengan ukiran hewan yang menghiasi dinding rumah kajang leko. Biasanya gambar yang terukir yaitu ikan untuk menandakan mayoritas masyarakat Jambi berprofesi sebagai nelayan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here