Mengenal Sedekah Bumi di Daerah Pantura

0
681

Sepanjang jalan Surabaya ke Jakarta memang terlihat ada berbagai hal yang perlu digali terus-menerus. Jalan peninggalan Belanda ini selalu mendatangkan perhatian oleh siapapun yang melewati. Seperti yang satu ini, terdapat kebudayaan turun-temurun sejak jaman nenek moyang. Lebih tepatnya di daerah pantura Jawa Tengah, Kabupaten Rembang, Pati, Kudus dan sekitarnya ada semacam upacara akbar setahun sekali. Masyarakat setempat menyebutnya Sedekah Bumi.

Sedekah Bumi berbeda dengan Sedekah Laut. Sedekah Bumi dilakukan bagi masyarakat yang tinggalnya di pedalaman. Sedangkan Sedekah Laut dilaksanakan oleh masyarakat yang berada di pesisir. Sedekah Bumi merupakan wujud syukur dari masyarakat yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karuniaNya sehingga mampu menikmati panen padi melimpah ruah.

Di daerah pantura mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, wajar saja bila seluruh upaya dan usaha didedikasikan di ladang. Seharian tidak pulang hanya untuk menyelesaikan tugas di sawah. Membasmi hama, menumpas rumput-rumput liar, menjaga padi hingga tumbuh kembang, dan puncaknya adalah panen. Itulah moment yang ditunggu-tunggu setiap petani di daerah pantura.

Acara Sedekah Bumi

Seusai panen, masyarakat berkumpul bersama di Balai Desa guna membahas waktu  yang tepat untuk mengadakan Sedekah Bumi. Biasanya diambil dari weton (nama hari) yang sesuai jadwal Sedekah Bumi tahun sebelumnya. Sehingga setiap kumpulan sudah memiliki patokan menentukan hari. Yang dibahas lebih utama saat kumpulan adalah hiburan  apa saja yang perlu datangkan.

Hal ini biasanya tergantung penghasilan petani saat panen. Semakin penghasilan panen merata baik, maka dana berapapun siap dikeluarkan demi  kelancaran Sedekah Bumi. Tetapi jika tiba masa paceklik, petani harus menahan diri kuat mental dan jiwa bahwa hiburan cukup sederhana saja, terpenting prosesi selametan tetap dilakukan.

Hiburan disaat Sedekah Bumi yang tidak ketinggalan adalah pertunjukan Wayang, Ketoprak, dan Tayub. Beberapa macam hiburan tersebut sudah sangat memuaskan bagi setiap masyarakat. Terkadang yang tidak ketinggalan lagi adalah kirab budaya. Kirab ini dilakukan bersama masyarakat desa yang meliputi pemuda, orang tua dan anak-anak.

Saat kirab biasanya membuat gunungan yang bahannya berasal dari hasil bumi. Dan setelah di arah mengelilingi desa, gunungan tersebut perebutkan seluruh masyarakat desa. Dari beberapa percaya bahwa hasil bumi yang diarak tersebut apabila didapatkan bisa mendatangkan keberkahan hidup. Sehingga antusiasme masyatakat cukup banyak.

Selain itu ada upacara selametan yang berlangsung di Punden. Dari perangkat desa seperti Modin, Carik dan lainnya berada di punden yang diikuti seluruh masyarakat desa untuk menyaksikan selametan. Acara ini diawali dengan masyarakat membawa berkat (bungkusan nasi yang ada lauk-pauknya), kemudian dari perangkat desa menyiapkan ingkung, lauk pauk dan nasi secukupnya. Setalah itu berdo’a yang dipimpin oleh Modin. Setelah selesai, nasi dan berbagai hidangan tersebut bisa dimakan bersama-sama.

Tradisi Sedekah Bumi

Tradisi ini diekspesikan sebagai bentuk terimakasih kepada roh yang telah meninggal yang berada di Punden tersebut. ungkapan terimakasih ini diberikan kerena telah membabat alas sehingga lahirnya sebuah desa dan sekarang terdapat kehidupan  yang mampu dinikmati masyarakat secara umum. Melalui acara tersebut, di harapkan Tuhan Yang Maha Esa membalas budi dengan memberikan tempat yang tepat baginya. Setelah semuanya selesai, masyarakat biasanya berbodong-bondong kembali ke rumah masing-masing.

Hal yang didapatkan dari tradisi Sedekah Bumi adalah sebuah ungkapan rasa terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rezeki kepada masyarakat, selain itu juga terimakasih kepad anenek moyang yang telah berdarah-darah menebang hutan sehingga terciptalah masyarakat desa yang hidupnya tentram saling bergotong-royong.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here