Mengenal Alat Musik Sasando Dari Pulau Rote

2
768

Alat musik sasando adalah salah satu alat musik berdawai. Seperti halnya biola, gitar, atau kentrung, sasando memiliki senar yang membentang antara kedua ujungnya. Dari senar yang bergetar itulah timbul dentingan suara yang indah. Sasando atau sasandu dalam bahasa Rote berarti suara dari getar yang beruang-ulang atau alat yang bergetar atau berbunyi.

Salah satu hal yang membuat alat musik berdawai ini semakin terkenal adalah ketika gambar sasando digunakan sebagai gambar uang. Gambar sasando pernah digunakan dalam pecahan uang 5000 rupiah tahun emisi 1992. uang ini berlaku hingga 24 tahun kemudian. Tahun 2016 mulai ditarik dari peredaran karena sudah tidak berlaku lagi.

Asal Usul Sasando

Ada setidaknya 4 versi cerita asal-usul sasando. Keempat cerita tersebut dapat diakses di laman kemdikbud bagian info budaya. Beragamnya versi cerita asal usul sasando ini mungkin karena beragamnya sumber cerita.

Belum ada yang bisa membuktikan cerita mana yang paling mendekati kebenaran.

1. Sasando, Sangguana untuk Sang Putri

Cerita pertama yang beredar adalah bahwa sasando diciptakan oleh Sangguana, seorang pembantu kerajaan yang sangat menyukai musik. Pemuda inilah yang diminta sang putri membuat alat musik unik.

Sang Putri menginginkan alat musik yang belum ada di dunia. Lalu ilham sasando ini diperolehnya dari mimpi, yang kemudian dicoba untuk membuat aslinya.

2. Lumbilang dan Balialang

Cerita kedua tentang sasando yang ditemukan oleh Lumbilang dan Balialang. Dua orang penggembala domba yang menemukan sasando tanpa sengaja. Mereka terpikat dengan suara yang ditimbulkan ketika memanfaatkan daun lontar sebagai alat mengambil air.

Ketika daun itu dikencangkan, tali penghubung kedua ujungnya menimbulkan suara merdu.

3. Lunggi dan Balok Ama

Ketiga, adalah kisah tentang Lunggi dan Balok Ama. Dua sahabat yang awalnya menggunakan daun lontar sebagai alat penyadap tuak. Ketika menyusun daun inilah, benang yang digunakan untuk mengencangkan menimbulkan bunyi merdu. Lalu dikembangkan menjadi sasando.

4. Pupuk Soroba

Keempat adalah cerita Pupuk Soroba, yang mengatakan pembuatan sasando terinspirasi dari laba-laba. Karena binatang ini memainkan sarangnya yang seperti benang dan menimbulkan bunyi merdu.

Keinginan membuat alat musik dengan dentingan suara dikembangkannya. Lalu setelah berbagai eksperiman, jadilah sasando yang dikenal saat ini.

Sasando yang kita temui saat ini telah banyak mengalami modifikasi dari versi aslinya. Dengan bertambahnya dawai, bertambah pula nada yang bisa dimainkan.

Juga sekarang tersedia sasando elektonik, sehingga tidak hanya alat musik manual yang tersedia.

Spesifikasi Sasando

Sasando terdiri dari tiga komponen utama: haik, bambu dan senar/dawai. Haik dibuat dari anyaman daun lontar sebagai wadah resonansi suara dentingan dawai. Senar dibentangkan dari ujung bambu ke ujung lainnya, mengelilingi bambu, yang diganjal dengan senda (penyangga).

Bambu dalam sasando dibiarkan tetap berbentuk tabung, hanya dihaluskan dan tidak diberi lubang. Karena fungsi bambu ini adalah untuk meyangga dawai, bukan menambah suara.

Setiap dawai memiliki nada yang berbeda dengan dawai lainnya. Sehingga layaknya gitar atau biola, jika dipetik menimbulkan irama tertentu yang indah.

Keunikan Alat Musik Sasando

Suara yang ditimbulkan dari sasando memiliki ciri khas. Selain tradisional, alat musik ini memiliki nada pentatonik dalam alunan yang ditimbulkannya. Ada cerita yang menyebutkan bahwa dahulu dawai sasando dibuat dari usus musang yang kemudian dikeringkan. Saat ini, tersedia beragam sasando dengan beragam jumlah dawai.

Setiap orang yang pertama kali melihat sasando tentu mengatakan bahwa alat musik ini unik. Baik dari bentuknya maupun suara yang ditimbulkannya. Sehingga pantaslah diabadikan di hati bangsa Indonesia dengan menggunakannya sebagai salah satu gambar dalam mata uang rupiah. Namun itu tidak cukup untuk menjaga sasando sebagai warisan budaya.

Keberadaan pemetik sasando saat ini semakin langka. Justru banyak warga negara asing yang belajar bagaimana memainkan sasando. Maka jika keadaan ini terus berlanjut, suatu saat bangsa Indonesia harus belajar memetik sasando dari warga asing.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here