Lebih Dekat Dengan Rumah Adat Joglo Dan Filosofi Yang Tersembunyi

2
1721

Salah satu kebudayaan di Indonesia yang akan kita ulas lebih dekat  ada pada budaya Jawa khususnya mengenai  rumah adatnya yaitu rumah Joglo. Sebenarnya Rumah Joglo bukan hanya menjadi rumah adat di Jawa Timur saja, namun Jawa Tengah juga. Kedua Provinsi ini memang terkenal dengan suku jawa nya. Bagi kalian generasi milenial suku jawa maka belajar kebudayaan jawa (khususnya) sudah selayaknya untuk dilakukan. Dan walaupun kalian bukan berasal dari jawa maka tak ada salahnya menambah wawasan tentang keberagaman budaya milik Indonesia. Jika bukan kita yang menjaga kelestarian budaya Indonesia lalu siapa lagi?.

Sejarah Rumah Adat Joglo

Setiap suku dinusantara memiliki rumah adatnya masing-masing yang pastinya unik dan memiliki makna tersendiri. Seperti rumah adat suku jawa timur ini yang lebih dikenal dengan rumah Joglo. 

Pada bangunannya atau arsitekturnya rumah Jogjlo ini masih terpengaruh dengan berbagai kepercayan masyarakat dikala itu, seperti agama islam, Hindu, Budha bahkan animisme. Istilah Joglo sendiri mengacu pada bentuk atap yang menyerupai gunung. Sebenarnya atap sendiri disebut dengan tajug  jika pada rumah maka terdiri dari dua atap atau disebut dengan loro tajug atau juglo atau Joglo. 

Filosofi dan Bagian di Rumah Adat Joglo

Walaupun rumah semacam ini sudah sangat berkurang jumlahnya tetapi tak ada salahnya kita belajar mengenai filosofis rumah Joglo yang menjadi rumah adat di Jawa Timur dan Jawa Tengah khususnya.

1. Atap Rumah

Jika diperhatikan dengan seksama atap rumah joglo ini menyerupai hampir seperti kubah segitiga atau menyerupai gunung. Model atap seperti ini ternyata mengandung makna.  Masyarakat jawa saat itu memaknai dengan filosofi gunung. Bagi masyarakat jawa gunung menunjukkan sesuatu yang agung dan merupakan tempat sakral bahkan dianggap suci karena kepercayaan mereka mengatakan bahwa gunung adalah tempat tinggal dewa.

2. Tiang Rumah 

Rumah Joglo tersusun dari tiang utama yang berjumlah empat atau biasa disebut dengan saka guru. Ternyata hal ini tidak serta merta dibuat seperti itu, namun mengandung makna filosofis yaitu menunjukkan gambaran kekuataan empat penjuru mata angin. Masyarakat zaman dahulu berkeyakinan bahwa dengan berlindung didalam rumah yang bersoko guru mampu menghadang bencana.

3. Teras Rumah

Masyarakat jawa sering menyebutnya sebagai pendopo atau dalam istilah sehari-hari kita itu berfungsi layaknya teras rumah. Berbentuk segi panjang dan bangunan ini tidak memiliki batas diempat sisinya. Bagian ini akan dibuat lebih tinggi dari sekitarnya, untuk duduk-duduk sembari bercengkrama dengan tetangga karena masyarakat zaman dulu mempunyai kebiasaan seperti itu. 

4. Pintu berukiran Indah

Tata ruang dalam rumah Joglo masih membawa kepercayaan animisme, dimana sebelum masuk ruang utama ada sebuah pintu dengan ukiran sulur atau makara. Kegunaan hiasan itu untuk menolak bala.

5. Bagian Dalam Rumah 

Tata ruang rumah Joglo terbagi atas 3 bagian kamar atau disebut dengan Senthong. Ketiga senthong tersebut yaitu senthong tengen, senthong tengah dan senthong kiwo.Pada bagian senthong tengen atau yang berarti kamar bagian kanan dan senthong kiwo atau kamar bagian kiri biasanya digunakan sebagai tempat tidur si pemilik rumah. 

Sedangkan bagian kamar tengah (senthong tengah) atau krobongan biasanya disakralkan. Bagian tengah ini oleh masyarakat jawa zaman dahulu menggunakanya sebagai tempat untuk meletakkan berbagai sesajen guna menghormati leluhur dan Dewi Sri. Pada tempat ini juga disimpan beberapa pusaka dan hasil panen pertama.

6. Pawon

Tempat ini terletak dibagian belakang rumah. Bagi masyarakat jawa pawon berarti dapur. Pawon berasal dari kata Pa, awu, an yang berarti tempat abu, awu atau sisa bahan kayu bakar untuk memasak. Selain itu bagian belakang rumah juga terdapat pekiwan atau kamar mandi dan toilet. Karena dianggap sesuatu yang kotor oleh karena itu bagian ini terbuat terpisah dengan rumah utama.

Itulah bagian dan filosofi rumah adat Joglo. Terlihat bagaimana tata bangunan pada rumah joglo mencerminkan sebuah hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya, yang nampak jelas pada pondasinya, jumlah saka guru (tiang utama), bagian kamar hingga dapur. 

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here