Keunikan dan Daya Tarik Rumah Adat Lampung Nuwo Sesat

2
1547

Salah satu daya tarik pariwisata di Indonesia adalah masih terpeliharanya adat istiadat, tradisi dan budaya di berbagai daerah yang tidak ditemui di negara-negara lain. Daya tarik itulah yang menjadi magnet bagi turis mancanegara, disamping pesona alamnya yang memukau.

Diantara sekian banyak warisan dari leluhur yang menjadi aset pariwisata, salah satu diantaranya adalah Rumah Adat Nuwo Sesat yang ada di Lampung. Meski bentuk dan fungsi dari Rumah Adat ini telah mengalami pergeseran, namun daya tarik yang dipancarkannya masih belum hilang, sehingga banyak wisatawan yang tertarik untuk melihat dari dekat keberadaan Nuwo sesat pada saat berkunjung ke Lampung.

Bentuk dan Struktur Rumah Adat Lampung Nuwo Sesat

Nuwo Sesat secara fisik berbentuk rumah panggung bertiang dengan material sebagian besar terbuat dari papan kayu. Atap rumah dahulu menggunakan anyaman ilalang, namun kini sudah digantikan dengan genting, sehingga kesan sejuk sedikit berkurang.

Bagian depan bangunan, berhiaskan ornamen dengan motif perahu, sedang bagian dalam terdapat hiasan payung-payung besar dengan warna merah, putih dan kuning pada atap bangunan. Warna-warna pada payung tersebut tidak hanya sekedar hiasan, melainkan  merupakan simbol atau lambang bagi para tetua adat masyarakat tradisional sesuai dengan tingkatannya.

Rumah Adat ini, terdiri atas beberapa bagian, yaitu: Tangga Masuk yang disebut Ijan Geladak yang dilengkapi Rurung Agung atau atap yang menaungi tangga. Terdapat serambi atau anjungan untuk menggelar pertemuan kecil, ruang tempat dilakukannya musyawarah resmi oleh tetua adat dan masyarakat yang disebut Pusiban, Ruang Tetabuhan untuk menyimpan peralatan musik tradisional, serta tempat istirahat para tetua adat yang dinamakan Ruang Gajah Merem.

Fungsi dan Filosofi Nuwo Sesat

Nuwo Sesat oleh masyarakat Lampung juga disebut Sesat Balai Agung karena Rumah Adat ini berfungsi sebagai balai atau tempat Pepung Adat atau musyawarah adat dari para tetua yang mewakili masing-masing marga.

Namun karena fungsi sosial yang terkait dengan pembagian marga sudah tidak lagi berfungsi di tengah-tengah masyarakat, membuat musyawarah adat pun tidak pernah lagi digelar, sehingga Nuwo Sesat beralih fungsi dari semula sebagai tempat musyawarah, kini menjadi rumah tinggal.

Dahulu fungsi Rumah Adat ini tidak hanya sebagai tempat musyawarah saja, tapi juga menjadi tempat berlindung masyarakat tatkala kampung tempat tinggal mereka diserang binatang buas, karena itulah Nuwo Sesat dibuat dengan bentuk rumah panggung.

Struktur bangunan yang berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang dari kayu sebagai penyanggahnya juga berfungsi untuk mengantisipasi terjadinya gempa, mengingat wilayah Lampung terletak pada pertemuan antara lempeng Asia dengan Australia, sehingga seringkali terjadit gempa bumi.

Selain strukturnya, keunikan lain yang terdapat pada Rumah Adat ini adalah banyaknya ornamen yang menghiasi bilik rumah. Ornamen-ornamen tersebut tidak hanya untuk dijadikan hiasan, melainkan mengandung filosofi dan makna yang dalam, karena diambil dari Kitab Kuntara Raja Niti yang merupakan kitab peninggalan dari leluhur masyarakat Lampung.

Beberapa filosofi Rumah adat Lampung dari Kitab Kuntara Raja Niti yang dijadikan ornamen Nuwo Sesat diantaranya adalah ajaran tentang “Rasa malu tatkala melakukan perbuatan buruk atau berbuat salah”, ajaran terntang sikap dan kepribadian yang harus bisa menjadi teladan bagi mereka yang telah memiliki gelar adat, prinsip tentang menjaga tali silaturahmi, prinsip gotong royong dan saling tolong menolong, serta berbagai ajaran serta filosofi lainnya yang bisa dijadikan bekal hidup.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here