Kekayaan Tanpa Eksploitasi Tambang di Pegunungan Meratus

0
456

Pegunungan Meratus kabarnya bakal menjadi titik berkumpulnya Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) se-Indonesia. Hal itu dimaksudkan sebagai reuni dalam rangkaian acara Temu Wicara Kenal Medan (TWKM) XXXI.

Dalam acara itu nantinya akan dihadiri oleh sekitar 280 Mapala dari seluruh wilayah Indonesia. Terpilihnya pegunungan Meratus sendiri telah sesuai dengan tema yang diusung panitia pelaksana TWKM XXXI, yakni ‘Gerakan Nasional Mahasiswa Pecinta Alam se-Indonesia dalam menyelamatkan Sumberdaya Alam Terakhir.

Acaranya sendiri turut dilengkapi dengan bubuhan tagar #SaveMeratus sebagai slogan acaranya. Selain menikmati bentangan penampakan alam yang indah, peserta juga bakal menyimak langsung bagaimana lokasi pegungan Meratus dieksploitasi sebagai pertambangan batu bara.

Lalu, apa yang membuat acara TWKM kali ini begitu getol untuk melaksanakannya di wilayah pegunungan Meratus? Keindahan apa yang sebenarnya diperjuangkan dan ingin diselamatkan?

Bentang Pegunungan yang Memanjang

Pegunungan Meratus sendiri merupakan kawasan lebat yang bisa dikategorikan sebagai hutan pegungan rendah. Kawasan yang di sepanjangnya cukup banyak dikelilingi perkebunan karet ini mempunyai luas yang membentang panjang.

Luas kawasannya sendiri membentang sejauh 600 kilometer persegi. Rangkaian gunung-gunungnya itu mampu membelah wilayah Kalimantan Selatan menjadi dua bagian dan membelok ke arah utara hingga perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Gunung Halau-Halau Sebagai Titik Puncak Tertinggi

Sebagai kawasan pegunungan, pegunungan Meratus tentunya memiliki puncak tertingginya sendiri. Adalah Gunung Halau-Halau yang menjadi titik paling tinggi di kawasan tersebut dengan ketinggian mencapai 1.901 Mdpl.

Gunung inipun sekaligus menyandang sebagai gunung tertinggi di provinsi Kalimantan Selatan. Wajar juga apabila TWKM dilangsungkan di kawasan ini, karena gunung tertinggi ini sudah cukup dikenal oleh kalangan pendaki, baik domestik maupun dari mancanegara.

Tempat Bermukimnya Suku Dayak Meratus

Tidak hanya memiliki keindahan, kawasan pegunungan ini juga diketahu sebagi tempat bermukimnya salah satu sub-suku Dayak, yaitu Suku Dayak Meratus. Sepanjang kawasan Meratus menjadi tempat yang mereka jaga, sekaligus tinggali.

Sebutan Suku Dayak Meratus diadopsi dari nama kawasan tempat mereka tinggal. Suku ini sebenarnya memiliki nama asli yang sebelumnya dikenal sebagai Dayak Bukit. Sebutan itu lantas lebih dikenal seiring dengan dikenalnya wilayah Pegungan Meratus.

Menjadi Kawasan yang Disakralkan

Bagi suku Dayak Meratus, keberadaan pegunungan Meratus begitu disakralkan. Selain Gunung Halau-Halau, Air Terjun Haratai juga merupakan salah satu harta alam paling berharga yang mereka jaga di kawasan tersebut. Hal ini memang menjadi budaya yang melekat pada suku Dayak Meratus.

Pegunungan yang mereka diami dianggap keramat dan dipercayai sebagai pelindung masyarakat sekitar. Oleh masyarakat Dayak Meratus sendiri memang sangat mencerminkan adat dan budaya leluhur mereka yang sangat menjaga dan merawat alam.

Hal tersebut nampak dari beberapa aturan yang berlaku untuk para pengunjung di pegungan meratus, diantaranya adalah harus mendapatkan izin dari warga setempat. Selain itu wisatawan juga dilarang keras memetik tanaman dan membuang sampah sembarangan.

Titik Eksplorasi Tambang Batu Bara

Keindahan yang tercermin dari Pegunungan Meratus kian lengkap dengan hiasan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Selain dikukuhkan sebagai kawasan Geopark Nasional, kita masih bisa melihat aktivitas eksplorasi tambang di sejumlah titik.

Kawasan di Kabupaten Hulu Tengah misalnya, masih terdapat dua izin tambang yang beroperasi. Tagar #SaveMeratus sendiri dibuat untuk menyikapi eksploitasi tambang batu bara yang berada di sekitar kawasan pegunungan Meratus.

Kaya akan Produk Hasil Hutan

Pegunungan Meratus menjadi salah satu pusat ekosistem keanekaragaman, eksplorasi tambang dikhawatirkan menjadi ancaman punahnya keakaragaman alam yang ada di sana. Ketimbang ditebang akibat ekspansi tambang, hutan sebaiknya memang dipelihara, dan dikembangkan demi kesejahteraan warga sekitar.

Selain menjadi potensi wisata, hutan pegunungan Meratus diketahui sebagai penghasil produk-produk hasil hutan non-kayu seperti tanaman obat dan beberapa rempah. Sebuah penelitian dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin mengungkapkan bahwa kawasan pegungan Meratus memiliki ragam jenis tanaman herbal yang mencapai 148 jenis, lho!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here