Kado Untuk Ulang Tahun Kota Mataram

1
304

Kado apa yang pas untuk seseorang di hari ulang tahunnya? Khususnya untuk ulang tahunnya yang ke-28 kalinya. Sebuah hadiah mewah, atau kejutan kecil berupa acara jamuan makan malam?

Tapi, bagaimana jika hadiah tersebut untuk sebuah tempat? Sebuah kota seluas 61,3 km² serta penduduknya yang mencapai ratusan ribu jiwa? Akan ada berapa lembar bingkisan kado yang dihabiskan dan seberapa jauh jarak penjelajahan ekspedisi pengiriman yang akan ditempuh?

Mengacu pada jumlah penduduknya—berdasarkan data pada tahun 2020 lalu—saja, setidaknya perlu ± 945 ribu kado yang perlu disiapkan. Belum lagi kalau melihat interest dan kebutuhan masing-masing individu warganya yang tentu berbeda.

Tentu, penduduk ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat ini beragam. Kota ini punya sisinya sendiri. Di usianya yang hampir menyentuh kepala tiga, ada banyak dinamika yang telah dan masih akan terjadi.

Dinamika juga terjadi pada sektor tata kelola kota. Tak pelak, sektor ini juga turut mempengaruhi banyak lini; termasuk pula kehidupan sosial dan perekonomian.

Secara khusus, sektor pariwisata ikut terkena imbas. Ada yang tumbuh, ada pula yang hanya kenangan—bahkan bisa dikatakan terbengkalai dan tak lagi diperhatikan.

Kepayahan dalam Kepungan

Dalam ranah pariwisata, potensi Kota Mataram tentu belum habis. Masih ada sejumlah sudut yang tentunya bisa nikmati. Dan, masih ada celah untuk diselidiki.

Memang, kota ini layaknya pemain cadangan yang kepayahan merepresentasikan Pulau Lombok yang memang lebih menawan untuk dikenal dengan objek wisata alamnya. Kota ini sepertinya paham betul akan hal itu.

Kalau sudah bicara gunung, air terjun, atau pun pantai. Kota Mataram tak lagi bawel. Ia seperti sudah mengalah di tengah kepungan 4 kabupaten di Lombok yang dirasa jauh lebih mampu dalam hal itu.

Kendati demikian, sikap itu tak membuat kota ini serta merta keluar jalur dan memilih pasif. Kota dengan 6 kecamatan ini hanya (perlu) mengolah pariwisata dengan cara yang berbeda.

Tumbuh Mengubah Wajah

Dengan keterbatasannya, roda pariwisata diarahkan ke sisi lain. Mataram (seharusnya) bergerak dengan kreativitas kebijakan tata ruang kota.

Beruntung, secara teori pariwisata tidak hanya tentang alam yang menawan. Sehingga kota ini, setidaknya dapat tampil dengan spesifikasi atribut wisata yang berbeda; yakni wisata kota.

Selain mempertahankan dan mengembangkan spot yang sudah ada, sudut-sudut lain dibangun. Banyak titik baru yang kini dan yang paling tidak mulai menghiasi.

Pembangunan demi pembangunan tersebut, sedikit tidak; turut mengubah wajah kota ini. Di usianya yang sudah 28 tahun ini, Mataram nampak berbeda dengan dirinya ketika pertama kali diresmikan tahun 1993 silam.

Kado Senilai Rp150 juta

Pada 31 Agustus lalu, Kota Mataram memamerkan “perhiasan” anyarnya. Mewakili dan untuk masyarakatnya, kado ulang tahun itu hadir dalam bentuk bangunan monumen.

Tanpa balutan kertas kado, hadiah ulang tahun “dibungkus” tanpa tutupan di atas lahan seluas 48 m². Perlu dana Rp150 juta dari APBD Kota Mataram untuk menyiapkan kado ini.

Tugu “0 Kilometer Kota Mataram”, begitulah tajuk yang diusung kado tersebut. Sebuah monumen pengingat letak titik paling awal dari segala bentang wilayah Kota Mataram berada.

Tajuk yang tak terdengar asing memang. Namun, kota ini akhirnya dapat mencicipi rasanya memiliki hal yang tak asing itu setelah 28 tahun lamanya.

Tambahan Destinasi Wisata

Bisa dibilang, warga Kota Mataram perlu menunggu waktu selama itu untuk tahu secara titik nol kilometer kota tempat mereka tinggali. Bukan, hasil dari menerka-nerka semata.

Sebelum tugu ini mulai dibangun pada awal Agustus 2021 lalu, tak banyak yang tahu. Jangankan wisatawan, warga Kota Mataram pun tak banyak yang tahu lokasinya.

Nah, dengan hadirnya kado ulang tahun ini bisa menjadi titik destinasi wisata baru di Mataram. Jadi, di mana “halaman pertama” kota ini berada?

Warganya akan menjawabnya dengan pasti dan yakin. Jawabannya mungkin akan sama, yaitu tugu nol kilometer milik kota yang juga dijuluki sebagai Kota Seribu Masjid ini.

Jalan Menemukan Titik

Seperti halnya Kota Yogyakarta dengan kawasan Malioboro-nya, tugu nol kilometer Kota Mataram juga tergolong berada di pusat kota. Hal ini tak lepas dari lokasinya berada di Jalan Pejanggik yang memang menjadi jalan protokol utama.

Titik ini bisa ditemukan tak jauh dari Taman Sangkareang. Hanya perlu meneruskan perjalanan sepanjang ± 400 meter ke arah timur. Dari rute tersebut, kita akan melewati Kantor Wali Kota Mataram dan Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat.

Lokasi titik nol kilometer Kota Mataram sendiri berada di sebelah utara jalan. Arealnya terlihat berada di seberang Markas Kodim 1606 Mataram. Untuk parkir kendaraan, halaman Gereja Katolik St. Maria Immaculata biasa dimanfaatkan oleh warga setempat.

Setibanya di lokasi, akan nampak areanya yang dibentuk setengah bundar. Bangunan tugu yang menjadi keutamaannya dibalut dengan arsitektur sederhana. Penampakannya sendiri dipadukan dengan garis berwarna kuning emas yang kontras.

Harapan Jadi Ikonik

Di bagian atasnya diletakkan hiasan replika cukli—lengkap dengan detail ornamennya—yang merupakan ikon kerajinan Kota Mataram. Adapun garis kuning emas sendiri dimaksudkan sebagai representasi simbol kejayaan masyarakat Suku Sasak.

Melihat sisi arsitekturnya tersebut, tak salah kalau bagi warga Kota Mataram untuk berharap lebih. Tentu, lebih dari sekadar kado demi hiasan kota yang tanpa makna.

Lantaran turut dibangun dengan alasan pondasi yang dikesankan begitu filosofis, kado ini jelas punya potensi. Salah satu yang terkuat adalah diproyeksikan sebagai destinasi wisata teranyar milik Kota Mataram.

Namun, lebih dari sekedar opsi baru, tanda nol kilometer kota ini bisa jadi sebagai titik ikonik. Itupun jika benar-benar dipentaskan, alih-alih hanya disemogakan; apalagi sampai dilupakan lagi kemudian.

Yang Menarik di Sekitar

Sebagai (calon) ikon wisata baru, lokasinya pun jauh dari kesan tersembunyi. Hal ini pun bisa menjadi salah satu modal terkuatnya yang berkaitan dengan aksesibilitas dan akomodasi yang tersebar di sekitar lokasinya.

Nah, tak jauh dari lokasinya kita juga masih dapat menemukan sejumlah tempat penginapan dan beberapa spot kuliner menarik. Persebarannya sendiri pun terbilang merata di semua sisi penjuru mata angin.

Terdapat salah satu hotel yang bisa jadi pilihan terdekat lantaran letaknya yang hanya terpaut 300 m ke arah barat. Hotel yang berada tepat di seberang Taman Sangkareang Mataram ini menawarkan pengalaman menginap yang dekat dengan aksesibilitas khas perkotaan.

Sementara, dari sisi selatan contohnya, kurang dari 300 meter saja kita sudah dapat menemukan kawasan yang dipenuhi spot-spot tongkrongan dengan beragam konsep. Di sana, mulai dari kedai kopi hingga warung nasi kekinian bisa dijumpai.

Namun, timbul pula satu pertanyaan lainnya. Apakah hal-hal “menarik di sekitar” tersebut akan menyokong titik nol kilometer Kota Mataram ini, atau malah menganggapnya sebagai pesaing baru?

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here