Inner Child Dan Bagaimana Cara Mengelolanya

0
206

Dalam perjalanan kehidupan setiap anak manusia pasti memiliki banyak warna- warni. Terkadang warna itu terlihat bersih dan cerah, terkadang terlihat buram bahkan kelam. Seperti ketika warna itu  terang, mereka memiliki masa lalu ketika kecil sangat indah dan berkesan.

Begitu sebaliknya, ketika warna itu buram bahkan kelam, mereka memiliki banyak luka yang tersimpan rapi didalam relung hatinya. Bahkan terkadang orang tuanya sendiri- pun tidak menyadarinya, dan luka itu akan berpengaruh kepada dirinya saat ia menjadi orang dewasa.

Dan ia akan berlaku sama kepada generasi penerusnya, yakni anak- anaknya. Ditambah dengan kondisi pasangan dan keadaan yang terkadang baik terkadang tidak. Itu semua akan memancing inner child, itu kembali.Inner child merupakan bagian dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman masa kecilnya. Inner child merupakan salah satu bagian dari alam bawah sadar manusia.

Menurut bunda Elly Risman, inner child itu muncul karena orang tua membesarkan anak dengan 12 gaya populer. Yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, melabel, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengeritik, menyindir, dan menganalisis. 

Jika setiap harinya anak dicerca dengan kata-kata yang dapat merusak mentalnya, katakana saja “nakal”, maka setiap kali anak akan meyakini bahwa ia adalah anak yang nakal. Dan itu berlaku ketika ia tumbuh dewasa, ia akan berlaku seperti anak nakal dan tidak manis kepada keluarganya apabila ia telah menjadi orang tua atau pasangan.

Menurut psikolog bunda Elly Risman, semua permasalahan yang dihadapi di dalam rumah tangga bukan berasal dari pasangan suami istri. Bukan pula salah menjadi orang tua, melainkan kesehatan mental masing-masing individu. Dimana individu kembali kepada masa anak- anaknya.

Menurutnya “pembentukan kepribadian seseorang 20 persen ditentukan oleh sifat yang diturunkan dan 80 persen ditentukan lingkungan atau pola asuh. Nah, pola asuh dapat memengaruhi inner child seseorang”.

Sebaiknya sebagai orang tua, kita harus mulai memahami perasaan kita sendiri, menerimanya dan menghargainya, kemudian memaafkan anak beserta pasangan. Dan menurut bunda Elly, “kemudian bekerja samalah dengan pasangan, tanyakan bagaimana perasaan dan permasalahan anak satu per satu, beri perhatian”.

“Ketika Rasulullah berat banget melawan quraisy, Al Imran ayat 159. (Artinya) Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka”.

“Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu”.

Mengacu pada ayat tersebut, marilah kita menjadi orang tua yang mau membiasakan diri berkata maaf apabila telah terlanjur marah atau berbuat masalah ke anaknya. Karena dengan bersikap keras, justru akan menjauhkan anak tersebut dari orang tua. Lalu, minta anak untuk mendoakan orang tuanya.

Mencoba untuk terus menjalin komunikasi yang baik dengan anak- anak kita, agar nantinya inner child tersebut tidak menjadi turunan yang berkelanjutan kepada anak- anak kita berikutnya.

Jadilah pribadi, pasangan dan orang tua yang mau berusaha merubah cara berfikir (mindset) agar sama- sama saling mengerti diri sendiri. Berusaha mengerti bagaimana perasaan pasangan, perasaan sendiri sehingga emosi tidak berpengaruh kepada anak- anak dalam pola asuhnya. Sebisa mungkin lebih sering mendekatkan diri kepada Allah agar perasaan menjadi lebih tenang, dan istighfar sebanyak- banyaknya agar emosi membangkitkan inner child kita.

Sulit memang menghilangkan luka yang terkadang muncul tanpa kita minta, namun berdamailah dengan hati kita, agar tidak ada lagi luka berikutnya dan semuanya berbalik kepada diri kita sendiri.

Yakinlah ketika Allah memberi sebuah ujian, tidak melebihi batas kemampuan kita.

Semangat melepas inner child dan berbahagialah, jadilah orang tua yang hangat dengan anak- anakmu. Karena mereka akan merindukanmu ketika berada jauh darimu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here