Filosofi Keseimbangan Dunia Dalam Seporsi Rujak

0
851

Dari zaman dahulu, para nenek moyang kita telah memiliki pengetahuan mengenai ragam kekayaan warisan kuliner. Hal ini membuat begitu banyaknya ragam kuliner khas Indonesia yang berasal dari berbagai daerah. Namun kuliner-kuliner khas tersebut bukan ternyata hanya sekedar memanjakan lidah para penikmatnya saja, tetapi juga memiliki nilai dan makna filosofi mendalam yang bisa kita jadikan nasihat atau pelajaran. Daerah Sunda termasuk daerah yang memiliki beragam kekayaan kuliner, baik itu kuliner yang sudah diwarisi turun-temurun dari generasi ke generasi ataupun kuliner-kuliner yang merupakan hasil inovasi baru. Salah satu kuliner yang sudah banyak dikenal orang sejak lama adalah rujak.

Rujak merupakan jenis makanan yang terbuat dari berbagai macam buah-buahan, seperti mangga, nanas, bengkuang, jambu, kedongdong, dan berbagai buah-buahan lain yang bisa ditambah atau dikurangi sesuai selera. Buah-buahan ini disajikan bersama dengan bumbu berupa sambal yang terbuat dari kacang, cabai rawit, gula, asam, dan bahan-bahan pelengkap lainnya. Perpaduan rasa segar dan asam dari buah-buahan serta rasa pedas dari sambal membuat kuliner rujak ini begitu menggiurkan sehingga diminati banyak orang.

Rujak dapat dibuat dengan mudah oleh siapapun karena bahan-bahannya yang mudah didapatkan dan cara pembuatannya yang sederhana. Para pedagang rujak juga bisa ditemui dengan mudah di berbagai tempat. Kita bisa dengan mudah membuat atau membeli rujak dengan harga yang terjangkau. Rujak sudah menjadi makanan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun, selain menjadi sajian kuliner sehari-hari, rujak juga sering dipakai sebagai sebuah pelengkap dalam suatu acara yang bersifat ritual, misalnya saja rujak pada acara perayaan tujuh bulanan wanita hamil. Penggunaan rujak sebagai salah satu pelengkap atau syarat dalam prosesi-prosesi ritual semacam itu tidak terlepas dari pemaknaan serta filosofi dari rujak sendiri yang sudah dikenal sejak zaman nenek moyang.

Filosofi Rujak dalam Kepercayaan Sunda

Dalam kepercayaan masyarakat Sunda,dikenal sebuah konsep yang dinamakan tritangtu. Dalam konsep tritangtu tersebut mereka meyakini bahwa dunia yang kita tempati ini terdiri dari tiga bagian. Tiga bagian tersebut merupakan dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah. Dunia bawah merupakan dunia kegelapan dimana disana merupakan tempat tinggal para mahluk-mahluk jahat dan merupakan penggambaran dari alam neraka. Dunia tengah merupakan dunia yang saat ini kita tempati, yaitu dunia tempat para manusia, hewan, dan tumbuhan tinggal. Sementara dunia atas merupakan kahyangan. Disana adalah tempat tinggal para dewa-dewa.

Konsep tritangtu ini banyak diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda. Salah satunya pada sajian kuliner yang bernama rujak. Mungkin selama ini kita hanya mengenal rujak sebagai berbagai macam buah-buahan yang dimakan bersama saus sambal. Namun ternyata setiap buah-buahan yang tersaji dalam satu porsi rujak merupakan simbol dari tiga alam yang dipercaya oleh masyarakat Sunda zaman dahulu.

Dunia bawah dalam rujak diwakili oleh buah dari jenis umbi-umbian yang tumbuh dibawah tanah atau di akar pohon, contohnya bengkuang. Sementara dunia tengah diwakili oleh buah-buahan yang tumbuh di atas tanah namun tidak di tempat yang terlalu tinggi, contohnya buah nanas. Kemudian dunia atas diwakili oleh buah-buahan yang tumbuh di atas pohon, seperti manga, jambu, kedongdong, atau buah-buahan lainnya yang buahnya berasal dari atas tanah. Maka, keseluruhan sajian rujak lengkap mewakili konsep tritangtu dengan penggambaran dunia atas, tengah, dan bawah. Rujak merupakan wujud dan simbol sebuah keseimbangan dunia.

Para nenek moyang kita terdahulu memang sangat cerdas untuk menyisipkan pesan-pesan moral atau nasihat dalam bentuk yang sangat sederhana seperti rujak. Setelah mengetahui ini, anda mungkin akan takjub dengan sajian rujak yang biasa anda beli atau anda buat. Dengan mengetahui makna dan filosofi dari seporsi rujak yang biasa kita nikmati, semoga bisa membuat kita semua bisa lebih menghargai sebuah sajian makanan. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here