Fakta Tentang Gunung Latimojong

0
303

Gunung Latimojong ialah salah satu gunung yang unik di daerah Sulawesi yang mempunyai tujuh puncaknya yang eksotis. terbentang dari arah utara ke arah selatan yang berada di tengah-tengah pulau tersebut, Gunung Latimojong ini tercatat berada di wilayah administrative di bagian Kabupaten Enrekang (Sulawesi Selatan).

Gunung Latimojong memiliki tujuh puncak, lebih tepatnya disebut sebagai pegunungan dengan badan-badan gunung tersebut saling berhimpitan dan membentuk formasi yang unik. Adapun puncak tertinggi dar gunung ini adalah ketinggian 3.478 mdpl. Maka tidak berlebihan kiranya jika Gunung Latimojong ini disebut dengan “Big Mountain.”

Fakta Tentang Gunung Latimojong

Pegunungan Latimojong adalah titik tertinggi di area Pulau Sulawesi. Rangkaian dari pegunungan ini juga bukan merupakan sebuah gunung berapi seperti pegunungan yang lain di beberapa wilayah yang ada di Indonesia, melainkan sebuah gunung non-vulkanologi.

Selain itu, di wilayah pegunungan ini dipenuhi oleh hutan-hutan tipe Montana, dimana karakteristik dari setiap hutan tipe ini yaitu rata-rata tumbuh di wilayah dengan ketinggian sekitar 2.000 sampai 3.000 meter diatas permukaan laut.

Tujuh puncak itu membujur teratur, adalah;

  • Puncak Buntu Sinaji (2.430 mdpl)
  • Puncak Buntu Sikolong (2.754 mdpl)
  • Puncak Buntu Rante Kambola (3.083 mdpl )
  • Puncak Buntu Rante Mario (3.430 mdpl )
  • Puncak Buntu Nenemori (3.097 mdpl )
  • Puncak Buntu Bajaja (2.700 mdpl )
  • Puncak Buntu Latimojong (2.800 mdpl )

Dapat dikatakan, angka tujuh merupakan angka yang eksotis dan mistis, maka demikian pula dengan Gunung Latimojong yang dikenal mistis dan eksotis. Keindahannya yang terbentang sepanjang pendakian, dan warna serta aura mistis begitu kuat di dalamnya. Aroma-aroma Mistis Gunung Latimojong sebagaimana menurut kepercayaan warga setempat, “pegunungan ini konon merupakan asal-usul nenek moyang orang Enrekang, Toraja, Luwu, dan Bone”.

Kepercayaan ini juga dibarengi dengan suatu kepercayaan mistis yang bersumber dari beberapa legenda setempat yang di dominasi oleh para suku Duri, yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Duri. Mereka tinggal di daerah Baraka hingga daerah Karangan pada jalur-jalur pendakian Gunung Latimojong, dan merupakan mayoritas petani kopi.

Suku Duri sangat meyakini bahwa arwah nenek moyang mereka telah bersemayam di area-area tertentu di Gunung Latimojong. Begitupun di berbagai tempat yang dianggap memiliki para penunggu. Maka para pendaki diwajibkan untuk “Gunakan gelang rotan,” hal demikian biasa dikatakan oleh para pemandu. Dengan mengenakan gelang rotan ini diyakini akan mampu melindungi para pendaki dari gangguan-gangguan para penunggu Gunung Latimojong atau makhluk ghaib.

Sesuai dengan kepercayaan adat warga setempat, gelang rotan ialah symbol yang menandakan bahwa mereka bertamu baik-baik. karena  gelang rotan merupakan symbol leluhur mereka yang konon bernama “Janggok Riri dan Nenek Menga”. Aroma mistis juga terlihat pada kepercayaan warga setempat yang mengharuskan untuk memperhatikan tanda-tanda alam sekitar.

Contohnya, kepercayaan yang apabila kita mendengar suara-suara burung maka itu berarti pertanda baik dan pendakian dapat dilanjutkan. Namun, apabila yang terdengar bukan suara burung melainkan suara dengungan lebah, maka hendaknya pendaki kembali turun karena itu merupakan suatu pertanda buruk.

Rute Pendakian Gunung Latimojong

Umumnya, akses jalan menuju pendakian Gunung Latimojong dimulai dari Kecamatan Baraka. Wilayah ini dapat dicapai dari arah Makassar dengan menggunakan angkutan umum, dan turun di area Cakke. Dari Cakke, tersedia jasa angkutan lokal menuju area Baraka. Dan dari Baraka, dilanjutkan dengan perjalanan menuju area Buntu Dea.

Dari Buntu Dea selanjutnya menuju ke Dusun Latimojong dengan berjalan kaki. Perjalanan yang serupa dilanjutkan menuju ke Dusun Karuaja yang posisinya terletak persis di lembah. Kemudian dari desa ini, menuju ke desa terakhir yang berada di kaki Gunung Latimojong, yaitu Desa Karangan. Para pendaki yang berkunjung biasanya menginap di rumah-rumah penduduk di Desa Karangan ini menunggu waktu yang tepat untuk memulai pendakian.

Pendakian Gunung Latimojong terdiri dari tujuh pos, yaitu:

  • Pos 1 (Buntu Kaciling)

Buntu Kaciling adalah pos pertama yang akan Anda lewati ketika sedang melakukan pendakian di Gunung Latimojong tersebut. Dari Desa Karangan menuju ke Pos 1 ditempuh para pendaki dengan berjalan kaki melewati sungai Salu Karangan. Jalanan ini mulai menanjak di kemiringan 50 hingga 70 derajat. Pada jalur ini akan banyak sekali percabangan. Buntu Kaciling berada di ketinggian 1.800 mdpl, yang merupakan area dataran dan terbuka berukuran 4 meter persegi.

  • Pos 2 (Gua Sarung Pakpak)

Gua Sarung Pakpak ialah pos kedua yang akan anda lalui selama di pendakian Gunung Latimojong. Jalur ini mempunyai medan berkontur naik-turun di bagian sisi lembah dan sungai yang mengalir sangat deras. Di area pos ini berukuran 4 meter persegi dengan lokasi yang unik dibagian bawah tebing, para pendaki biasanya mendirikan tenda-tenda untuk bermalam.

  • Pos 3 (Lantang Nase)

Medan yang ekstrim mendominasi jalur ini dengan tanjakan yang terjal di kemiringan 80 derajat. Jika sedikit lengah, maka akan menjadi suatu jebakan maut di mana para pendaki akan  terjungkal ke belakang. Lantang Nase ini berada di ketinggian 1.940 mdpl. Di tempat ini sekaligus menjadi pos ketiga yang akan dilalui saat sedang melakukan pendakian di Gunung Latimojong.

  • Pos 4 (Buntu Lebu)

Jalur ini tidak seekstrem jalur sebelumnya. Tingkat kemiringannya pun menurun menjadi kisaran sekitar 60 hingga 70 derajat. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan yang tinggi agar tak terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Pos Buntu Lebu ini berada pada ketinggian sekitar 2.140 mdpl, yang merupakan area datar seluas 6 meter persegi dan tertutup pohon-pohon yang rimbun.

  • Pos 5 (Soloh Tama)

Jalur ini berada pada ketinggian 2.480 mdpl, areal ini memiliki kapasitas sepuluh tenda. yang merupakan areal dataran yang terletak dibagian punggung gunung dan memiliki panorama yang sangat menawan. Soloh Tama ini juga biasanya dijadikan tempat bermalam atau berkemah oleh para pendaki Gunung Latimojong.

  • Pos 6  (Mengintip Tujuh Puncak Latimojong)

Jalur ini berada pada ketinggian 2.690 mdpl. Dari pos ini, akan mulai terlihat jajaran dari tujuh puncak Latimojong. Di pos ini, para pendaki mulai dapat menikmati  keindahan pada tujuh puncak Gunung Latimojong yang sangat eksotis itu.

  • Pos 7 (Kolong Buntu)

Jalur Kolong Buntu ini terletak di ketinggian 3.100 mdpl. Jalur jalan setapaknya pun telah diperbaiki. Dan dari pos terakhir ini, pendakian Gunung Latimojong yang sesungguhnya akan dimulai. Diawali dengan sebuah persimpangan jalan yang berada di area terbuka, jalur ke bagian kiri menuju puncak Rante Mario, jalur ke bagian kanan ujung 30° menuju puncak Nenemori, sedangkan bagian jalur ke kanan 90° adalah jalan menurun yang menuju Palopo.

Puncak-puncak pada Gunung Latimojong yang Eksotis yakni Puncak Rante Mario adalah puncak tertinggi di Gunung Latimojong. Pada puncak yang indah ini masih ditumbuhi hutan-hutan dari vegetasi alam. Puncak Nenemori pun tak kalah membius dibandingkan dengan Rante Mario. Jalur yang menuju Nenemori ini didominasi hutan-hutan yang berpohon tinggi juga besar yang diselimuti lumut licin dan tebal. apabila beruntung, para pendaki akan bertemu anoa, ataupun fauna khas di Sulawesi yang sudah semakin sedikit populasinya yang sudah  termasuk kedalam kelompok satwa dilindungi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here