Daging Kuah Hitam Memikat Warung Ijo Bu Padmo

0
338

Masakan yang satu ini berbahan utama daging sapi. Kuah rempah berwarna hitam pekat membuatnya tak diragukan lagi menjadi salah satu ciri khasnya. Paduan tersebut memang membuatnya semakin nikmat, sekaligus mampu menggaet para penikmat setianya.

Bukan, ini bukan makanan khas Jawa Timur itu yang dimaksud. Jika dilihat sekilas, memang akan terlihat seperti rawon. Tampilannya memang mirip. Namun, perbedaannya akan sangat terlihat jika ‘kembaran’ rawon ini hadir di meja makan kita.

Keduanya memang  memiliki ciri khas yang sama. Ya, olahan daging sapi empuk dengan kuah hitam. Unsur warna kuah dari keduanya pun sama. Sama-sama didapat dari buah Pangium Edule. Di Indonesia sendiri, buah tersebut dikenal dengan sebutan keluak atau kluwek.

‘Kembaran’ rawon itu adalah brongkos. Berbeda dengan rawon yang mewakili belahan timur Pulau Jawa, makanan ini merupakan yang pusat persebarannya berada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Bahkan, sudah menyebar hingga ke Bali.

Kembar Tapi Berbeda

Walaupun terlihat serupa, kita tentu tahu bahwa kembar identik pun tetap saja memiliki perbedaan, bukan? Lantas, bagaimana cara membedakannya? Padahal, dilihat dari bahan utama dan kuahnya saja, keduanya seolah sulit dibedakan.

Kita perlu lebih seksama untuk menemukan perbedaannya. Adalah karakter kuah menjadi salah satu pembeda dari kedua masakan khas Nusantara ini. Warna kuah menjadi salah satu titik pembeda di antara keduanya.

Perbedaan brongkos sendiri akan terlihat jika kita memperhatikan kuahnya. Apabila rawon disajikan dengan kuah yang hitam pekat, brongkos justru tampil dengan kuahnya yang lebih terlihat hitam kecoklatan.

Campuran santan pun membuat kuah brongkos terasa lebih gurih dan kental. Dan, karakter inilah yang tidak diusung oleh ‘saudara kembarnya’, rawon. Namun, perbedaan itu tidak akan membingungkan jika kita sudah lebih dulu akrab dengan brongkos.

Selain kluwek dan santan, kuah brongkos juga dikombinasikan dengan bumbu seperti serai, daun jeruk dan salam; garam, gula, dan asam jawa. Tak hanya itu, campuran bumbu halus dari lengkuas, kencur, kemiri, jahe, ketumbar, dan bawang merah.

Perbedaan lain sejatinya juga terletak pada isian dan bumbu-bumbu tambahannya. Brongkos biasanya akan lebih dipenuhi oleh banyak toping. Tidak hanya daging empuk dan kuah hitam, kacang tolo, kulit melinjo, irisan cabai rawit hingga lemak sapi pun hampir selalu menjadi bagian brongkos itu sendiri.

Terlebihnya lagi, brongkos lebih fleksibel jika dihadapkan pada penyesuaian selera penikmatnya. Daging sapi, yang notabene menjadi unsur utamanya bahkan bisa digantikan dengan tahu atau telur ayam rebus sebagai bahan alternatif.

Makanan Darah Biru

Dengan ciri dan cita rasanya tersebut, masakan ini pun disebut-sebut menjadi salah satu kuliner favorit Sultan Hamengkubuwono X. Hal ini bisa jadi karena sejarah awal brongkos yang dahulunya memang sempat menjadi sajian kaum bangsawan.

Menurut catatan sejarah pada Serat Centhini yang ditulis tahun 1814─1823, nasi brongkos biasa disajikan untuk makan pagi, makan siang, dan malam; bahkan turut dihidangkan pula sebagai hidangan penyambut tamu atau upacara perkawinan.

Sumber lain menyebutkan, nama “brongkos” sendiri pun konon disebut-sebut berasal dari bahasa Inggris dan Prancis, yakni brown horst yang dapat dialihbahasakan menjadi daging cokelat. Lantaran pengucapannya cukup sulit bagi orang Jawa, masyarakat pun memudahkan penyebutan menjadi brongkos.

Nah, seiring berjalannya waktu, makanan ini pun mulai tersebar bebas hingga bisa dinikmati oleh masyarakat pada umumnya. Di Yogyakarta sendiri, sajian brongkos bisa ditemukan di sejumlah titik lokasi di daerah yang dikenal dengan kuliner gudeg ini.

Warung Legendaris Sejak 1950

Salah satu warung yang terkenal dengan menu brongkos-nya adalah Warung Ijo Bu Padmo. brongkos memang menjadi suguhan utama dari warung yang interiornya didominasi oleh warna hijau ini.

Ciri khas brongkos dari Warung Ijo Bu Padmo terdapat pada potongan daging yang besar. Teksturnya pun lembut ketika digigit. Rasa manis dan gurih yang berasal dari rempah-rempah dalam kuahnya, dirasa akan lebih cocok atau akrab dengan lidah orang Jawa.

Warung yang berada di sekitar Jalan Turi, Kecamatan Tempel, Sleman ini, memiliki ciri khasnya dalam mengolah brongkos. Pengolahannya sendiri masih mengandalkan luweng alias dapur besar yang mengandalkan tungku-tungku kayu sebagai kompor. Tujuannya sendiri adalah untuk memberi cita rasa khas nan otentik.

Berdiri sejak tahun 1950, membuat Warung Ijo Bu Padmo berpredikat sebagai warung legendaris dengan menu brongkos khas Yogyakarta. Kini, warung tersebut sudah diteruskan oleh Bu Eni Nugroho yang merupakan generasi kedua dari Bu Padmo sendiri.

Pengunjung bisa menambahkan lauk tambahan ataupun minuman yang termasuk dalam daftar menu. Selain Nasi brongkos, kita juga bisa menikmati sajian lainnya, seperti nasi rames, nasi pecel, sop, dan empal.

Untuk mampir, rutenya akan berpatok Jalan Magelang – Yogyakarta yang nantinya harus berbelok ke arah Jalan Turi. Letaknya berjarak ± 300 meter sebelum Jembatan Kali Krasak. Belokannya berada di sebelah Mushola At-Tijaroh.

Warungnya berjarak sekitar 200 meter dari pertigaan jalan tersebut. Lebih tepatnya, Warung Ijo Bu Padmo beralamat di Jalan Magelang No. 12, Jlegingan, Margorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.

Warung ini bisa dibilang berada di ujung, karena posisinya dekat dengan Kali Krasak yang menjadi batas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Kendati jarak warungnya cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, tidak membuatnya kehilangan pelanggan.

Tapi, Warung Ijo Bu Padmo sebenarnya sudah membuka satu cabangnya yang letaknya tidak jauh dari lokasi pertama. Bahkan posisinya bisa dibilang lebih dekat jika dari pusat kota Yogyakarta, karena berada di Jalan Magelang – Yogyakarta tadi.

Seporsi Nasi Brongkos

Warung Ijo Bu Padmo sendiri mulai buka pada pukul 7 pagi sampai persedian mereka habis. Namun biasanya, warung ini sudah kehabisan stok pada sore hari sebelum waktu Maghrib. Dengan kocek mulai dari Rp30.000 saja, kita sudah dapat menikmati nasi brongkos yang seporsinya bisa mengenyangkan perut.

Memang, harga yang dipatok tersebut berkesan cukup mahal, namun hal itu akan sebanding dengan cita rasa yang enak. Ditambah lagi dengan cita rasa yang konsistensinya sudah melegenda dari racikan warung yang satu ini.

Lewat seporsi nasi brongkos di Warung Ijo Bu Padmo, pengunjung akan menikmati sajian brongkos yang terdiri dari beberapa elemen selain potongan daging. Beberapa di antaranya adalah tahu, tempe, krecek, buncis, kentang dan kacang tolo (kacang merah).

Jika ingin mencoba menu selain brongkos di warung ini, cobalah nasi pecel yang dibanderol seharga Rp10.000-an per porsi. Tentu, akan lebih nikmat jika ditambah lagi dengan tambahan lauk pauk seperti kerupuk, tempe goreng, babat, tempe bacem atau pun parkedel. Nah, kalau kebetulan sedang berkunjung ke Kabupaten Sleman, tak ada salahnya untuk coba mencicipi brongkos. Sebagai salah satu pilihan, Warung Ijo Bu Padmo bisa jadi tempat yang tak boleh dilewatkan sebagai spot menjajal kuliner di Yogyakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here