Botani Bakery, Cara IPB University Usung Inovasi Dalam Ilmu Pangan

0
687

Dewasa ini, kafe sepertinya tidak lagi hanya disimbolkan sebagai tempat makan dan minum. Lebih dari itu, kafe sudah merangkak dan menggurita sebagai kebutuhan masyrakat untuk menyelesaikan pekerjaan, seperti melakukan pertemuan bisnis, atau berdiskusi dan mengerjakan tugas studi.

Saat ini, kafe bukanlah sekadar tempat nongkrong. Hal itulah yang menjadi manajemen kafe berlomba-lomba untuk menampilkan diferensiasi atau pembedaan baik dari segi konsep maupun menu yang disuguhkan.

Sadar akan adanya fakta tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB) pun membuka Botany Bakery yang diresmikan pada bulan September lalu. Tidak hanya untuk mencari untung saja nih, kafe baru ini juga memiliki visi tersendiri, lho!

Botani Bakery IPB Dibangun dengan Latar Belakang Ilmiah

Botani Bakery sendiri sebenarnya ditempatkan dan beroperasi di Kampus Dramaga, salah satu kampus dari empat kampus IPB University. Hadirnya kafe yang beroperasi pada hari Senin-Sabtu ini kian menambah deretan kafe IPB lain yang sebelumnya berjumlah tiga.

Bukan sekadar kafe biasa, berdirinya Botani Bakery ini sendiri memiliki tujuan untuk berkontribusi lebih serta membuat inovasi-inovasi yang berlatar-belakang ilmiah. Pihak kampus pun bekerjasama dengan Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center dalam hal ini.

Hal yang membuat kafe ini istimewa adalah konsep menu yang diusungnya. Sesuai dengan namanya, Botany Bakery memproduksi sendiri menu roti sajiannya dengan bahan non-tepung alias terigu.

Apa yang disuguhkan kafe tersebut sejalan dengan pola inovasi yang memang tengah diterapkan IPB University. Produk roti yang dihasilkan mengusung konsep diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal.

Kafe Botani bakery memang belum sepenuhnya bebas dari bahan terigu. Namun, karena berbasis penelitian ilmiah, lambat laun makanan yang dibuat ditargetkan untuk terbebas dari bahan tepung terigu sepenuhnya.

Rencana itu akan terus diusahakan dengan inovasi yang dikembangkan bersama SEAFAST Center. Menurut keterangan yang dirilis di situs resmi IPB University, setidaknya sudah ada sekitar 40 persen bahan non-tepung (gandum), seperti singkong, dan jagung yang digunakan.

Biskuit Padat Protein Untuk Situasi Darurat

Sebelum Botani Bakery IPB berdiri, inovasi lain dalam hal ilmu pangan juga sudah diluncurkan, tepatnya pada bulan Juli lalu. Peneliti dari Departemen Nutrisi IPB telah memperkenalkan sejumlah inovasi dari hasil penelitiannya, salah satunya adalah biskuit padat protein.

Biskuit yang terbuat dari bahan ikan lele ini dikategorikan sebagai makanan untuk bertahan hidup. Protein yang tinggi terkandung di dalamnya cocok untuk dikonsumsi dalam situasi darurat, terutama dalam masa-masa setelah bencana alam terjadi.

Dalam masa darurat, seperti bencana alam, biskuit ini dklaim bisa sedikit membantu bertahan hidup karena aksesibilitas makanan atau peralatan masak biasanya akan lumpuh. Hal itulah yan mendorong biskuit ini dikembangkan.

Kandungan protein sendiri dikenal berguna untuk meningkatkan energi dan kekebalan tubuh, serta membuat rasa kenyang bertahan lebih lama. Sehingga, tubuh dengan asupan protein yang cukup, bakal merangsang lebih sedikit konsumsi makanan di sisa hari.

Selain itu, biskuit ini juga dapat dikonsumsi balita yang kekurangan gizi. Pasalnya, kandungan proteinnya bisa memenuhi 20 persen dari asupan nutrisi makanan yang memang direkomendasikan untuk balita.

IPB sendiri sudah memproduksi dan menyediakannya di toko resmi kampus, Bogor, Jawa Barat. Serambi Botani IPB menjadi tempat biskuit lele padat protein ini didistribusikan.

Inovasi pangan yang dihasilkan dari proses riset tidak berhenti di situ saja. Selain produk biskuit, inovasi mereka turut hadir dalam bentuk mulai dari bumbu rempah, bahan masak, hingga makanan instant, seperti mie dengan kandungan karoten alami.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here