Biografi dan Profil Lengkap Dewi Sartika

0
767

Raden Dewi Sartika adalah salah salah satu Pahlawan Nasional Perempuan yang berasal dari Jawa Barat. Perjuangan Dewi Sartika fokus pada hak dan kewajiban kaum perempuan agar lebih dihargai di mata dunia.

Pemerintah Kota Bandung sendiri menaruh apresiasi yang tinggi atas kiprah Dewi Sartika di masa lalu. Bersama Korps Alumni Daya Mahasiswa Sunda mengadakan kegiatan restorasi monument Raden Dewi Sartika di Taman Dewi Sartika Balai Kota Bandung.

Hal ini ditujukan semata-mata untuk mengenang sejarah dan jasa-jasa Dewi Sartika. Kemudian agar menjadi wisata edukasi sejarah untuk masyarakat khususnya pelajar.

Biografi

Seorang perempuan yang menjadi Pahlawan Nasional  dari Jawa Barat lahir di Cicalengka, Bandung pada 4 Desember 1884. Perlu Anda ketahui bahwa Dewi ini merupakan keturunan keluarga Sunda ternama.

Ayah Dewi bernama R. Rangga Somanegara dan Ibunya R.A Rajapermas. Dewi merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Saat itu R. Rangga Somanegara menjabat sebagai Patih Afdeling Mangunreja, Tasikmalaya. Jabatan patih cukup tinggi karena menempati urutan kedua setelah jabatan Bupati.

Sedangkan R.A. Rajapermas merupakan putrid dari Raden Aria Adipati Wiranata Kusumah IV, pernah menjabat sebagai Bupati Bandung.

Ia ketika masih kanak-kanak selalu bermain peran menjadi seorang guru. Ternyata mimpi masa kecilnya telah melampaui apa yang dicapainya terutama mengenai perjuangan kaum perempuan.

Dewi pernah mengenyam bangku pendidikan meskipun pada masa itu, perempuan yang sekolah dianggap preseden baru dalam adat menak Sunda. Sayangnya Dewi Sartika hanya sempat bersekolah di Eerste Klasse School hingga kelas dua.

Tepatnya Juli 1893 Raden Somanegara diasingkan ke Ternate oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Penyebabnya adalah tuduhan terlibat sabotase acara pacuan kuda di Tegallega.

Perjuangan Dewi Sartika, Pendidikan adalah Kunci

Keprihatinan di Masa Kecil akibat ditinggalkan Ayahnya membuat Dewi Sartika berani untuk melakukan gebrakan saat itu. Hukuman buang yang diterima Ayah Dewi dianggap sebagai aib untuk golongannya.

Dari situasi yang pernah ia alami, banyak pelajaran atau hikmah yang bisa diambil. Dimana ibunya tak berkuasa untuk berbuat apa-apa ketika Ayahnya diasingkan dan aset yang dimiliki disita oleh Pemerintah.

Menyelenggarakan pendidikan layak menjadi jalan hidup dirinya. Terutama pendidikan untuk anak perempuan di Masa Kolonial sangat terbatas untuk kalangan bangsawan dan Orang Eropa saja.

Pada masa itu kekakuan adat masih menjadi kendala orang tua untuk menyekolahkan anak perempuannya. Akhirnya ia hadir untuk menerabas ketatnya adat priyayi masa itu.

Tahun 1902, Dewi kembali ke Bandung untuk memulai perjuangannya di dunia pendidikan. Langkah pertamanya dengan memberanikan diri menghadap Bupati Bandung Martanagara.

Maksud kedatangannya itu untuk meminta izin mendirikan sekolah bagi para gadis remaja. Meski awalnya meragukan niatnya, akhirnya direstui juga dan menyarankan untuk membuka sekolah pertamanya di Pendopo Kabupaten Bandung.

Akhirnya 16 Januari 1904 Sakola Istri didirikan oleh Dewi Sartika yang masih berusia 20 tahun. Bahkan ikut turun tangan mengajar angkatan pertama yang berjumlah 20 murid untuk dua kelas.

Sakola Istri atau Sakola Kaoetamaan Istri berkembang cukup pesat hingga pada tahun 1912 memiliki cabang di 9 kabupaten di Priangan.

Hingga kini kalimat penyemangatnya terus dikenang “Ieuh barudak, ari jadi awewe kudu sagala bisa, ambeh bisa hirup!”. Artinya “Hei Anak-anak, sebagai perempuan kalian harus memiliki banyak keterampilan agar bisa bertahan hidup”.

Itulah ulasan singkat dari Raden Dewi Sartika sebagai Pahlawan Nasional pejuang pendidikan dan kehidupan perempuan. Semoga Bermanfaat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here