Biografi Adam Malik, Dari Jurnalis Hingga Menjadi Wakil Presiden

0
377

Adam Malik adalah seorang jurnalis yang menjadi pahlawan nasional karena aktif dalam pergerakan kebangsaan. Ia salah satu tokoh penting bagi Indonesia yang telah melewati berbagai situasi penjajahan, mulai dari Belanda, Jepang, sampai berhasil meraih kemerdekaan.

Lahir pada tanggal 22/07/1917 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ia merupakan putra ketiga dari Abdul Malik Batubara dengan Salamah Lubis. Mengingat sang ayah adalah pedagang yang sukses, Kehidupanya juga berkecukupan dari segi finansial.

Biografi Adam Malik

Adam Malik menempuh pendidikan sekolah dasar di Hollandsch-Inlandsche School Pematangsiantar. Lalu melanjutkan pendidikan Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di Bukittinggi. Namun pendidikan tersebut hanya berlangsung satu setengah tahun, dan memutuskan kembali ke kampung halaman untuk membantu orang tuanya berdagang.

Karena tertanam jiwa nasionalis yang tinggi, membuatnya pergi merantau ke Jakarta dan mendirikan kantor berita Antara bersama Sipahutar, Soemanang, Armijn Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna.

Perjuangan Adam Malik

Adam Malik mengawali karir sebagai wartawan dan tokoh pergerakan kebangsaan. Masa mudanya, ia selalu berperan dalam pergerakan nasional demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selain kesibukanya bekerja di kantor berita Antara, Ia juga aktif dalam menulis artikel untuk diterbitkan di beberapa surat kabar seperti koran Pelita Andalas serta majalah Partindo.

Pada tahun 1934, tiba saatnya ia dipercaya menjadi pimpinan Partindo (Partai Indonesia) Pematang Siantar dan Medan. Kemudian pada tahun 1940 ia kembali dipercaya untuk menempati posisi sebagai anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta.

Semangat juang yang tertanam sejak dirinya masih belia merupakan modal untuk melawan kolonial Belanda. Itulah yang membuat dirinya selalu melakukan pemberontakan di setiap situasi.

Pemimpin Gerakan Pemuda

Sejak tahun 1945, Adam Malik kembali mengemban posisi yang cukup penting yaitu sebagai anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Bersama rekan seperjuanganya, ia mulai bergerilya demi tercapai tujuannya yakni memerdekakan Indonesia.

Mendekati hari proklamasi kemerdekaan yang berlangsung tanggal 17 Agustus 1945, Adam beserta pemuda lainnya berhasil membawa Soekarno dan Hatta menuju Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok mereka lakukan demi mendesak para proklamator agar segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Bahkan, ia juga berusaha mengumpulkan massa sebanyak – banyaknya saat proklamasi dibacakan oleh Soekarno di Lapangan Ikada, Jakarta.

Pendiri Partai Murba

Setelah Indonesia merdeka, Adam Malik semakin aktif di berbagai organisasi. Ia juga berkontribusi dalam pembentukan beberapa partai serta berperan sebagai anggotanya. Partai tersebut antara lain Partai Rakyat dimana peran beliau sebagai anggota, Sebagai pendiri Partai Murba, serta anggota parlemen.

Kontribusinya tidak hanya di tingkat nasional, beliau juga mulai melebarkan peranya dengan membentuk koneksi internasional saat dirinya menjabat sebagai Duta Besar luar biasa dan bertanggung jawab penuh atas kerjasama antara Uni Soviet, Polandia dengan Indonesia.

Kemudian diikuti kesempatan dimana ia dipercaya menjabat sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Indonesia – Belanda perihal posisi Irian Barat pada tahun 1962 yang berlangsung di Washington D.C, Amerika Serikat.

Wafatnya Adam Malik

Setelah Pengabdian Adam Malik untuk bangsa Indonesia dari jabatan yang pernah beliau tempati, kontribusi serta prestasi yang baik dalam memperjuangkan kemerdekaan membawanya terpilih sebagai wakil presiden Indonesia ketiga pada tanggal 23 Maret 1978 sampai 11 Maret 1983.

Posisi tersebut sekaligus menutup perjuangan beliau, tepat pada tanggal 5 September 1984 Ia menutup usia di Bandung akibat penyakit Liver yang dideritanya. Sebagai bentuk penghargaan, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Atas jasanya, ia diberi berbagai penghargaan diantaranya Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971, Bintang Adhi Perdana kl. II pada tahun 1973, beliau juga dianugerahi sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 1998.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here