5 Tradisi Jawa Tengah yang Perlu Kita Ketahui dan Lestarikan

1
1464

Jawa adalah daerah yang kaya akan budaya dan sumber daya alam. Tanahnya yang strategis menjadikan masyarakat memiliki dua mata pencaharian, yakni petani dan nelayan. Nelayan dilakukan mereka yang berada di pesisir dekat pantai sedangkan petani berada di daerah pedalaman. Dalam bersyukur kepada Tuhannya, penduduk Jawa juga memiliki cara tersendiri berupa membuat acara sedekah laut atau sedekah bumi. Acara ini dilakukan oleh masyarakat setempat secara bersama-sama.

Selain itu ada beberapa budaya lain yang perlu kita ketahui di Jawa Tengah. Mengapa harus Jawa Tengah? Jawa Tengah merupakan Jawa bagian tengah yang kebudayaan serta tradisi bersatu padu dalam kultur Islam. Hal ini  mengacu pada sejarah terdahulu, bahwa di masa lampau ada kerajaan Islam pertama kali yakni Kesultanan Demak. Demak menguasai hampir seluruh Jawa. Kerajaan Demak tumbuh berkembang mampu mengangkat kebudayaan bersatu padu dengan agama. Hingga pada akhirnya terciptalah roh tradisi yang melekat dalam daerah masing-masing. Tradisi tersebut di antaranya yaitu:

1. Tayub

Tayub masuk kategori tari. Tayub tumbuh dan berkembang di daerah Pantura Jawa Tengah, lebih tepatnya di daerah Pati, Rembang, Blora, Kudus dan lain sebagainya. Dahulu, keberadaan Tayub sangat terkenal. Masyarakat memiliki moment tersendiri untuk menghadirkan tradisi tersebut, semisal dalam rangka khitan, nikah, slametan, pesta rakyat dan lain sebagainya. Dan pelaku Tayub sendiri mencitakan sanggar yang mendatangkan banyak generasi muda agar tetap berkembang. Tetapi, seiring berkembangnya zaman, Tayub sudah mulai asing dalam sekitar daerah tersebut. Yang menjadi alasan pertama adalah kesadaran masyarakat sudah mulai berkurang.

2. Ketoprak

Ketoprak merupakan tradisi seni yang memiliki banyak pemeran. Ada sekitar 20-40 orang dalam memainkannya. Hingga sekarang, ketoprak masih aktif di daerah Jawa Tengah khususnya Pantura. Di Jawa tengah ada nama ketoprak yang terkenal seperti Siswo Budoyo, Manggolo, Chridha Carito, Cahyo Muhdo, dan sebagainya. Nama-nama tersebut didapatkan oleh ketuanya dengan cara bertapa.

Dia mengasingkan diri dan akhirnya mendapatkan petunjuk untuk nama ketoprak tersebut. Ketoprak sering pentas di acara sedekah bumi. Daerah-daerah yang sering memainkan ketoprak yakni pantura bagian timur seperti Rembang, Pati, Blora dan sebagainya.

Masalah lakon atau tema, kita bisa meminta kepada ketuanya. Semisal lakon “Runtuhnya Kerajaan Demak” maka ketoprak akan memainkan lakon tersebut hingga sehari semalam suntuk. Alat-alat yang dimainkan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Tayub. Ada kendang, gamelan, gong, siter, saron, kenong dan sebagainya.

3. Jathilan

Jatilan tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Tengah bagian selatan. Seperti Purworejo, Magelang, Klaten dan sebagainya. Jathilan berasal dari jathil yang diartikan sebagai bentuk reflek meloncat atau bentuk kegembiraan penari agar orang-orang yang melihatnya pun ikut berbahagia semua. Tarian yang diangkat untuk men-jathil ada beberapa macam, seperti Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji, legenda yang terlahir dari Kediri.

Tahilan sampai saat ini masih berkembang di daerah tersebut. Kesadaran masyarakat untuk membudidayakan sangat baik. Banyak pemuda-pemuda yang memainkannya. Dengan spirit tinggi, menjadikan Jathilan semakin asyik untuk dinikmati.

4. Wayang

Wayang sebenarnya sudah ada sejak zaman para wali wongo. Sebagaimana era Sunan Bonang (Tuban) bahwa dalam menyebarkan agama Islam, beliau menggunakan berbagai macam  cara seperti tarian, wayang, ukir, gamelan, dan seni suara suluk. Budaya ini bukan hanya memperlihatkan cara pentasnya saja, tetapi ada makna yang kaut dalam pementasan wayang. Setiap pentas, ada cerita-cerita perjuangann agama Islam agar tersebar luas di masyarakat Nusantara.

Maka dari itu, wayang menjadi idola bagi orang-orang terdahulu. Sebagaimana lakon Ramayana, Gareng dadi Ratu, Semar Ngubar-ngubar Kayangan dan masih banyak lakon lainnya, merupakan bentuk kreativitas pada Dalang (sunan Bonang) menciptakan cerita baru yang awalnya Hindu diubah menjadi cerita Islam. Hal ini bertujuan menyebarkan agama Islam tersebut.

5. Campursari

Campursari adalah lagu yang khas di daerah Jawa Tengah. Sebenarnya di Jawa Timur dan Barat juga ada, akan tetapi campursari lebih bergaung di daerah Jawa Tengah. Seperti yang kita ketahui sekarang ini, sosok figur yang sudah menciptakan lagu hingga 800 judul tetapi baru meledak di tahun 2019, siapa lagi kalau bukan Didi Kempot. Didi Kempot berkarya melalui tembang campursari. Genre yang berfokus kepada cidro menjadikan anak muda semakin menggandrunginya.

Itulah beberapa tradisi Jawa Tengah yang perlu kita ketahui dan lestarikan sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here